Mekanisme Evolusi Lengkap
- Evolusi merupakan perubahan makhluk hidup dalam jangka waktu yang
lama dan berlangsung perlahan-lahan. Perubahan ini terjadi dalam satu
populasi dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Dalam suatu
lingkungan, sifat-sifat genetik menentukan keanekaragaman makhluk hidup,
keanekaragaman ini meliputi struktur, tingkah laku, dan lain-lain. Jika
terjadi perubahan materi genetik, maka terjadi perubahan sifat pada
keturunanketurunannya. Hal ini menyebabkan munculnya spesies baru.
Perubahan materi genetik ini disebut mutasi. Evolusi terjadi karena
adanya mutasi dan seleksi alam.
1. Mutasi Gen
Mutasi gen
adalah perubahan kimia gen (DNA) yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan sifat suatu organisme yang bersifat menurun. Mutasi dapat
terjadi dengan adanya pengaruh luar dan tanpa pengaruh faktor luar.
Mutasi yang terjadi tanpa pengaruh faktor luar mempunyai dua sifat,
yaitu sangat jarang terjadi, dan umumnya tidak menguntungkan.
Umumnya,
mutasi jarang terjadi dan tidak menguntungkan. Mutasi merupakan
mekanisme evolusi yang penting dan dapat membentuk spesies baru. Untuk
mengetahui hal ini, perlu angka laju mutasi, yaitu angka yang
menunjukkan jumlah gen yang mutasi dari seluruh gamet yang dihasilkan
oleh suatu individu dari suatu spesies.
Angka laju
mutasi suatu spesies umumnya sangat rendah karena faktor-faktor yang
menyebabkan mutasi tidak dapat diramalkan secara pasti. Angka laju
mutasi berkisar antara satu gen di antara dua ribu sampai jutaan gamet,
atau rata-rata 1 : 100.000, artinya dalam setiap 100.000 gamet terdapat
satu gen yang mampu bermutasi. Jadi, angka laju mutasi sangat kecil,
tetapi merupakan mekanisme yang penting, karena:
a) setiap gamet mengandung beribu-ribu gen;
b) setiap individu menghasilkan ribuan sampai jutaan gamet dalam satu generasi; dan
c) jumlah generasi suatu spesies selama spesies itu ada banyak sekali.
Angka laju
mutasi yang menguntungkan lebih kecil dari pada angka laju mutasi yang
merugikan, yaitu perbandingan antara 1 dan 1.000, artinya dari 1.000
mutasi yang terjadi, satu di antaranya mutasi yang menguntungkan.
Walaupun mutasi yang menguntungkan ini kecil, karena jumlah generasi
selama spesies itu ada sangat besar, maka jumlah mutasi yang
menguntungkan besar pula. Hasilnya, seperti pada contoh soal berikut:
1) angka laju mutasi per gen adalah 1 : 100.000
2) jumlah gen dalam individu yang mampu bermutasi adalah 1.000
3) perbandingan antara mutasi menguntungkan dengan mutasi yang terjadi adalah 1 : 1.000
4) jumlah populasi spesies adalah 300.000.000
5) jumlah generasi selama spesies itu ada adalah 6.000
Berapa hasil mutasi yang menguntungkan selama spesies itu ada?
Jawab:
1) Jumlah mutasi yang menguntungkan yang mungkin terjadi pada setiap individu: 1/100.000 × 1.000 × 1/1.000 =1/100.000.
2) Dalam setiap generasi akan terjadi mutasi gen yang menguntungkan 1/100.000 × 300.000.000 = 3.000.
3) Selama spesies itu ada, yaitu 6.000 generasi, mutasi yang menguntungkan adalah 3.000 × 6.000 = 18.000.000.
Jadi, jelas
bahwa mutasi yang menguntungkan selama periode evolusi tertentu cukup
besar. Sehingga, kemungkinan dihasilkannya spesies yang adaptif menjadi
besar pula.
Yang
termasuk mutasi yang menguntungkan adalah dihasilkannya spesies yang
adaptif dan memiliki vitalitas dan viabilitas tinggi. Sedangkan, mutasi
yang merugikan adalah dihasilkannya gen letal yang menimbulkan mutasi
letal. Dihasilkan keturunan yang mempunyai viabilitas dan fertilitasnya
rendah dan keturunan yang tidak adaptif.
Gen-gen mutan yang merugikan, umumnya bersifat resesif sehingga peristiwa mutasi hanya
akan tampak apabila dalam keadaan heterozigot. Hal ini menunjukkan bahwa seleksi alam hanya bekerja terhadap individu homozigot.
a. Frekuensi gen dan genotip di dalam populasi
Frekuensi
gen adalah perbandingan antara gen atau genotip yang satu dengan gen
atau genotip yang lain di dalam satu populasi. Misalnya, dalam suatu
daerah terdapat populasi tanaman berbunga merah MM dan tanaman berbunga
putih mm, yang sama-sama adaptif. Apabila diadakan persilangan, maka
akan diperoleh tanaman dengan fenotip dan genotip tertentu.
Berdasarkan Diagram diatas, tampak jelas bahwa frekuensi gen pada F2 adalah:
= 25% MM : 2(25% Mm) : 25% mm
= 25% MM : 50% Mm : 25% mm
= ¼ MM : ½ Mm : ¼ mm
Berdasarkan
hasil tersebut, maka frekuensi kesetimbangan genotip F2 = hasil kali
dari frekuensi gen dari masing-masing induknya, atau (M + m) (M + m) =
M2 + 2 Mm + m2 atau MM+ 2 Mm + mm
Apabila dicari frekuensi gen sampai F3, maka akan diperoleh frekuensi perkawinan
Diagram di atas menunjukkan perbandingan kemungkinan terjadi perkawinan antara jantan dan betina di dalam seluruh populasi F3.
Apabila dalam populasi tersebut terjadi 32 perkawinan, maka:
a) perkawinan antara MM × MM = 32 × 1/16 = 2 perkawinan,
b) perkawinan antara Mm × Mm = 32 × 4/16 = 8 perkawinan,
c) perkawinan antara Mm x mm = 32 × 2/16 = 4 perkawinan.
Apabila setiap perkawinan menghasilkan 10 individu, maka kita dapat membuat tabel hasil dari seluruh perkawinannya tersebut
Berdasarkan
tabel tersebut tampak bahwa, kesetimbangan frekuensi genotip MM : Mm :
mm pada generasi ketiga (F3) tetap seperti F2, yaitu MM : Mm : mm = 25 :
50 : 25 = ¼ : ½ : ¼.
2. Hukum Hardy-Weinberg
Hukum
Hardy-Weinberg menegaskan bahwa frekuensi alel dan genetik dalam suatu
populasi (gene pool) selalu konstan dari generasi ke generasi dengan
kondisi tertentu. Hal ini, dikemukakan oleh Godfrey Harold Hardy (ahli
matematika dari Inggris) dan Wilhelm Weinberg (dokter dari Jerman).
Kondisi yang dimaksud oleh Hukum Hardy-Weinberg adalah:
1) Ukuran populasi harus besar
Pada
populasi yang kecil, aliran genetik (genetic drift) merupakan kesempatan
fluktuasi dalam gene pool dan dapat mengubah frekuensi alel. Jadi,
ukuran populasi harus besar agar frekuensi alel dalam gene pool selalu
konstan.
2) Ada
isolasi dari populasi lain (tidak ada imigrasi dan emigrasi) Arus gen
(gene flow) merupakan transfer alel antarpopulasi yang berhubungan
dengan perpindahan individu atau gamet yang dapat merubah gene pool.
3) Tidak terjadi mutasi
Perubahan satu alel menjadi alel lainnya, mengakibatkan mutasi, hal ini dapat mengubah gene pool.
4) Perkawinan acak (random)
Jika
individu-individu memilih pasangannya dengan sifatsifat tertentu (yang
diturunkan), maka pencampuran secara acak gamet-gamet seperti yang
diharapkan pada keseimbangan Hardy-Weinberg tidak dapat terjadi.
5) Tidak terjadi seleksi alam
Keberhasilan
mempertahankan hidup dan reproduksi dapat mengubah gene pool karena
mendukung adanya perpindahan beberapa alel dengan mengorbankan alel
lainnya. Formulasi hukum Hardy-Weinberg dapat dijelaskan berikut ini.
Pada suatu
lokus, gen hanya mempunyai dua alel dalam satu populasi. Apabila gen A =
p, dan gen a = q, maka secara matematis menurut hukum Hardy - Weinberg
hasil perkawinan Aa × Aa = F2 dapat dituliskan sebagai berikut:
Aa × Aa masing-masing membuat gamet ½ A dan ½ a,
akan menghasilkan frekuensi genotip anak sebagai berikut:
(1/2 A+1/2a)(1/2A+1/2a)=1/4AA+1/2Aa+1/4aa
Apabila A diganti p dan a diganti q, maka:
(½ A + ½ A) (½ A + ½ A)
= (½ p + ½ q) (½ p + ½ q)
= (¼ p2 + ½ pq + ¼ q2)
= p2 + 2pq + q2
Jadi, resiko genotip = p2 : pq : q2 = 1 : 2 : 1 karena A + a = 1,
maka p + q = 1, dan p2 + 1pq + q2 = 1.
p2 : tanaman homozigot dominan
pq : tanaman heterozigot
q2 : tanaman homozigot resesif
Cara mencari frekuensi gen
Jika dalam
suatu populasi diketahui frekuensi genotipnya, maka frekuensi gennya
dapat dicari. Contohnya, frekuensi genotip aa dalam suatu populasi 0,25.
Tentukan frekuensi gen A : a serta frekuensi genotip AA, Aa, dan aa.
Jawab:
Penerapan hukum Hardy-Weinberg untuk menghitung frekuensi gen dalam populasi sebagai berikut:
1. Dalam
suatu populasi terdapat kelompok perasa pahit kertas PTC (phenil
thiocarbamide) sebesar 64%, sedangkan yang lainnya bukan perasa PTC.
Bukan perasa PTC dikendalikan oleh gen t dan perasa PTC dikendalikan
oleh gen T. Tentukan frekuensi gen dan genotip populasi orang PTC dan
non PTC
Jawab:
Jumlah PTC dan non-PTC = 100%
orang PTC (genotip TT atau Tt) = 64%
Frekuensi orang tidak perasa PTC (bergenotip tt = q2) =
100% – 64% = 36%
q2 = 36% = 0,36
maka frekuensi gen t = q = 0,36 = 0,6
T + t = 1, maka
frekuensi T = 1 – 0,6 = 0,4
frekuensi T : t = 0,4 : 0,6
frekuensi gentotip TT : Tt : tt
= (T + t) (T + t)
= (0,4 T + 0,6 t) (0,4 T + 0,6 t)
= 0,16 TT + 2(0,24 Tt) + 0,36 tt
= 0,16 TT + 0,48 Tt + 0,36 tt
Jadi, frekuensi genotip TT : Tt : tt = 16 : 48 : 36 = 4 : 12 : 9
Untuk
mencari frekuensi gen, coba kamu cari dahulu frekuensi individu yang
bergenotip homozigot resesif, sebab genotif dominan bisa bergenotip TT
atau Tt.
2. Diketahui
frekuensi orang albino pada suatu masyarakat adalah 25 di antara 10.000
orang. Berapa persentase orang pembawa sifat albino yang heterozigot?
Jawab:
Orang albino aa (q2)
q2 = 25/10.000 = 0,0025
q = 0,0025
= 0,05
p + q = 1
p + 0,05 = 1 → p = 1 – 0,05 = 0,95
Orang pembawa sifat albino dinotasikan dengan 2 pq
= 2(0,95 × 0,05)
= 0,0475
= 0,0475 × 100%
= 4,75%
3. Perubahan Perbandingan Frekuensi Gen pada Populasi
Saat ini,
telah diketahui beberapa faktor penting yang menyebabkan perubahan
keseimbangan genetik di dalam suatu populasi. Faktor-fakor tersebut,
antara lain: mutasi, seleksi alam, emigrasi dan imigrasi, rekombinasi
dan seleksi, dan genetic drift. Untuk lebih mengetahui, mari cermati
uraian berikut ini.
a. Mutasi
Apabila ada
satu atau beberapa gen yang bermutasi, maka akan terjadi perubahan
keseimbangan gen-gen dalam suatu populasi. Contoh:
Gen b yang
mempengaruhi rambut tikus berwarna putih adalah normal. Kemudian,
bermutasi menjadi gen B yang menyebabkan rambut tikus berwarna kuning.
Gen ini menyebabkan letal apabila dalam keadaan homozigot BB. Maka:
b. Seleksi alam
Di danau
buatan di Amerika Serikat pernah ditemukan jenis katak berkaki banyak
dan jenis katak normal. Katak yang berkaki banyak fertilitasnya rendah
atau mandul dan bersifat resesif. Sedangkan, katak berkaki normal
mempunyai fertilitas normal dan bersifat dominan. Karena katak berkaki
banyak bersifat mandul, maka katak ini dapat dihasilkan dari perkawinan
antara katak berkaki normal heterozigot. Jadi, apabila katak berkaki
normal heterozigot (Nn) dikawinkan dengan yang berkaki normal Nn, maka
akan dihasilkan rasio keturunannya, sebagai berikut:
P Nn >< Nn
F NN : (Nn + Nn) : nn
25% : 50% : 25%
Katak yang
bergenotif nn adalah mandul sehingga yang mampu menghasilkan keturunan
yang bergenotif NN dan Nn, atau 75% dari seluruh populasi.
c. Emigrasi dan imigrasi
Spesies yang
menghuni daerah terpisah oleh geografis tertentu, misalnya lautan.
Keadaan ini tidak memungkinkan terjadinya perpindahan secara normal dari
satu daerah ke daerah yang lain.
Sebagai
contoh, spesies Xylocopa nobilis (kumbang kayu) yang dapat ditemukan di
berbagai daerah di Pulau Sulawesi dan sekitarnya. Kumbang-kumbang
tersebut menunjukkan perbedaan genetik.
d. Rekombinasi dan seleksi
Rekombinasi
gen merupakan mekanisme penting untuk terjadinya evolusi. Rekombinasi
genetik berlangsung melalui perkembangan generatif. Sehingga, reproduksi
seksual merupakan faktor penting dalam proses evolusi.
Seleksi
adalah usaha manusia memilih jenis hewan atau tumbuhan sesuai dengan
keinginannya. Umumnya yang diseleksi atau dipilih adalah jenis yang
bersifat unggul. Rekombinasi gen-gen yang terjadi, karena perkawinan
silang merupakan suatu bahan mentah evolusi. Berdasarkan rekombinasi ini
dimungkinkan terbentuknya varietas baru.
4. Timbulnya Spesies Baru
Setiap
populasi terdiri atas kumpulan individu sejenis dan menempati suatu
lokasi yang sama. Suatu individu dapat disebut anggota populasi apabila
individu tersebut satu spesies dengan individu lainnya. Individu berbeda
masih dapat disebut satu spesies apabila variasi-variasi yang ada tidak
menjadi penghalang terjadinya pertukaran gen.
Pertukaran
gen ini dapat terjadi melalui proses interhibridasi (persilangan). Jadi,
perbedaam morfologi, fisiologi maupun tingkah laku tidak dapat
dijadikan sebagai alasan untuk memisahkan dua populasi menjadi dua
spesies yang berbeda. Terbentuknya spesies baru ini terjadi karena
adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, domestikasi dan poliploidi.
Untuk mengetahui proses terbentuknya spesies baru, mari cermati uraian
berikut ini.
a. Isolasi geografi
Apabila
beberapa varietas baru hasil dari suatu rekombinasi faktor genetik dan
spesies tertentu menghuni tempat yang berlainan, maka mereka akan
mengalami Keadaan alam yang terpisah ini menghalangi terjadinya hubungan
reproduksi. Hambatan (barrier) seperti ini disebut isolasi geografi.
Isolasi
geografi disebabkan oleh kondisi alam, seperti laut, gunung, dan gurun
pasir. Isolasi geografi dapat memungkinkan terjadinya pemisahan dua
populasi (alapatrih). Dua populasi ini dapat terbentuk karena
masing-masing populasi terpengaruh akumulasi faktor ekstrinsik yang
menyebabkan terjadi isolasi faktor-faktor intrinsik. Hal ini dapat
memungkinkan terjadinya isolasi reproduksi.
b. Isolasi reproduksi
Isolasi
reproduksi merupakan hambatan terjadinya perkawinan silang antara dua
spesies simpatrik. Spesies simpatrik adalah dua spesies berbeda yang
tinggal atau menghuni daerah yang sama. Isolasi reproduksi dapat terjadi
melalui isolasi intrinsik. Mekanisme isolasi intrinsik dapat di bagi
menjadi tiga macam, yaitu:
1) Mekanisme
yang mencegah terjadinya perkawinan sehingga mencegah terjadinya
fertilisasi. Isolasi reproduksi yang terjadi karena isolasi intrinsik,
antara lain:
a) isolasi ekogeografi
b) isolasi habitat
c) isolasi iklim atau musim
d) isolasi perilaku
e) isolasi mekanik
2) Mekanisme
yang mencegah terjadinya hibrida. Mekanisme ini beroperasi dengan
mencegah terbentuknya hibrida. Isolasi reproduksi yang terjadi karena
isolasi intrinsik, antara lain:
a) isolasi gamet
b) isolasi perkembangan
c) ketidakmampuan hidup suatu hibrida
3) Mekanisme yang mencegah kelangsungan hidup hibrida.
Isolasi reproduksi yang terjadi, antara lain:
a) kemandulan hibrida
b) eliminasi hibrida yang selektif
Untuk lebih memahami mekanisme intrinsik, mari cermati uraian berikut ini.
1) Isolasi ekogeografi
Bila dua
populasi terpisah oleh hambatan fisik sehingga sulit untuk berhubungan,
maka masing-masing populasi akan berkembang menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pada suatu ketika keturunannya akan berbeda, sebab
masing-masing telah mengalami perubahan genetik karena pengaruh
lingkungan. Bila suatu ketika dua populasi tersebut berada pada satu
lingkungan, tidak akan mampu mengadakan hibridisasi, karena
masing-masing tidak mampu menyesuaikan diri pada lingkungan yang baru.
Contohnya,
tanaman Platanus occidentalis dan Platanus orientalis. Kedua populasi
tidak dapat mengadakan penyerbukan secara alami, apabila dilakukan
penyerbukan buatan dan menghasilkan keturunan ternyata fertil.
2) Isolasi Habitat
Isolasi
habitat, yaitu isolasi reproduksi yang terjadi akibat dua populasi
simpatrik memiliki habitat berbeda. Contohnya, katak jenis Bufo fowleri
habitatnya di air tenang dan Bufo americanus habitatnya di
kubangan-kubangan air hujan.
Apabila dua
populasi tempat tinggalnya dicampur, masing-masing jenis akan lebih
banyak kawin dengan sesama jenisnya dibanding perkawinan lain jenis.
Apabila terjadi perkawinan lain jenis, ternyata keturunan yang
dihasilkannya steril.
3) Isolasi iklim atau musim
Isolasi
iklim, yaitu isolasi reproduksi yang terjadi apabila dua spesies
simpatrik memiliki masa pemasakan kelamin pada musim yang berbeda.
Sebagai contoh, Pinus radiata dan Pinus muricata yang banyak hidup di
beberapa daerah di Amerika Serikat sebagai populasi simpatrik secara
alami tidak pernah melakukan hibridisasi. Hal yang sama juga terjadi
pada populasi simpatrik katak jenis Rana. Walaupun hidup pada daerah
yang sama, tetapi tidak terjadi perkawinan atau hibridisasi lain
spesies.
4) Isolasi perilaku
Isolasi
perilaku, yaitu isolasi reproduksi yang terjadi apabila dua spesies
simpatrik mempunyai pola tingkah laku kawin berbeda. Contohnya, perilaku
kawin pada beberapa jenis ikan.
Ikan X1 :
membuat sarang yang digantungkan pada tumbuhan lain. Sarangnya memiliki
dua lubang, untuk masuk dan untuk keluar. Agar yang betina masuk ke
dalam sarang, si jantan menari-nari dengan gerakan zig zag di depan si
betina. Dengan sedikit dorongan, si betina masuk ke dalam sarang.
Ikan X2 :
membuat sarang pada dasar perairan dan hanya memiliki satu lubang pintu.
Agar si betina mau masuk ke dalam sarang, si jantan melakukan gerakan
perkawinan di muka sarang, selanjutnya memaksa si betina untuk masuk ke
dalam sarang.
Perbedaan
perilaku kawin pada hewan dapat bersifat visual, artinya dapat
dipertunjukkan dan dapat bersifat auditif atau berupa perbedaan suara.
Bentuk perilaku kawin pada berbagai jenis hewan memiliki kekhasan
sendiri-sendiri. Pada berbagai jenis, si jantan menarik pasangan dengan
warna bulunya, suaranya, dan gerakannya. Untuk mencegah terjadinya
keliru pasangan, pada itik jantan memiliki warna tertentu yang mencolok.
Bentuk
perilaku hewan yang bersifat visual lainnya adalah berupa gerak. Bentuk
ini dijumpai pada burung, kepiting, serangga, dan lain-lain. Kepiting
jantan pada masa kawin menaikkan apit besarnya tinggi-tinggi dan
mengangkat badannya sambil berjalan mengelilingi lubang tempat betina.
Cara
mengangkat kaki, badan serta gerakan kepiting jantan berbeda-beda.
Adanya perilaku yang khas, badan serta gerakan kepiting jantan
berbeda-beda. Adanya perilaku yang khas ini agar hewan betina tidak
salah memilih pasangan kawinnya. Pada jangkrik, hewan jantan menggunakan
suara yang berbeda-beda. Hanya hewan betina pasangannya yang sangat
mengenal suara hewan jantan pasangannya.
5) Isolasi mekanik
Isolasi
mekanik, yaitu isolasi reproduksi yang terjadi apabila dua populasi
simpatrik mempunyai bentuk morfologi alat reproduksi yang berbeda. Jadi,
isolasi mekanik menyangkut struktur yang menyangkut peristiwa
perkawinan. Isolasi mekanik pada hewan dapat terjadi, antara lain hewan
jenis jantan berukuran jauh lebih besar dari betinanya. Selain itu,
struktur alat kelamin jantan tidak sesuai dengan struktur alat kelamin
betinanya. Dalam beberapa jenis hewan berlaku apa yang disebut sebagai
"kunci dan gembok" (Lock and Key).
Pada hewan
Myriapoda genus Brochoria, jenis jantannya memiliki bentuk alat kelamin
yang bervariasi. Sedangkan, betinanya mempunyai bentuk yang serupa. Pada
tumbuhan, isolasi mekanik ini pengaruhnya lebih nyata dibanding dengan
hewan, terutama yang berkaitan dengan penyebar serbuk sari. Ada
kekhususan bentuk bunga dalam hubungannya dengan hewan penyebar serbuk
sari.
6) Isolasi gamet
Isolasi
gamet, yaitu isolasi reproduksi yang terjadi apabila dua spesies
simpatrik tidak dapat melakukan fertilisasi. Hal ini terjadi karena sel
gamet jantan tidak mempunyai kemampuan hidup pada saluran kelamin
betinanya.
Sebagai
contoh, pada tanaman tembakau inti serbuk yang jatuh di kepala putik
tidak dapat mencapai inti sel telur pada kandung lembaga atau ovula.
Akibatnya, tidak terjadi fertilisasi. Pada percobaan inseminasi buatan
menggunakan objek lalat buah, Drosophilavirilis, Drosophila americana
dan Drosophila spesies lain, mekanisme isolasi gametnya bervariasi.
Bila
spermatozoid Drosophila virilis diinseminasikan ke saluran telur
Drosophila americana, ternyata dalam saluran sel telurnya terbentuk
cairan penghambat sehingga spermatozoid tidak dapat bergerak. Pada
percobaan lain terjadi mekanisme yang berbeda. Saat spermatozoid masuk
ke saluran reproduksi saluran tersebut membengkak sehingga spermatozoid
mati.
7) Isolasi perkembangan
Isolasi
perkembangan, yaitu isolasi yang terjadi karena embrio hasil fertilisasi
dua spesies simpatrik tidak dapat tumbuh dan segera mati. Isolasi
seperti ini banyak dijumpai pada berbagai jenis ikan dan katak.
8) Ketidakmampuan hidup suatu hibrida
Beberapa
jenis populasi simpatrik dapat melakukan perkawinan. Pembuahan maupun
pembentukan embrio dapat berlangsung, tetapi hibridanya lemah, cacat
atau mati sebelum mampu melakukan reproduksi. Dengan demikian, walaupun
berlangsung perkawinan antara dua populasi simpatrik, tetapi tidak
terjadi pertukaran gen. Peristiwa ini dijumpai pada tanaman tembakau.
Isolasi seperti ini sering disebut terbentuknya bastar (hibrida) mati
bujang.
9) Kemandulan hibrida
Keledai
dengan kuda, atau kambing dengan biri-biri dapat dikawinkan dan dapat
menghasilkan keturunan. Hibrida yang dihasilkan dapat hidup baik dan
normal, tetapi tetap steril atau mandul. Dengan demikian, dua populasi
simpatrik tersebut tidak terjadi pertukaran gen.
10) Eliminasi hibrida karena seleksi
Bisa terjadi
dua populasi simpatrik melakukan perkawinan, dapat terjadi pembuahan,
terbentuk embrio bahkan mampu menghasilkan hibrida yang fertil. Populasi
hibrida karena salah pasangan ini, biasanya jauh lebih sedikit daripada
hasil perkawinan populasi spesies. Akibatnya semua hibrida dapat
terdesak sehingga lambat laun mengalami eliminasi (punah). Dengan
demikian, lingkungan akan melakukan koreksi terhadap kekeliruan
perkawinan tersebut.
b. Domestikasi
Domestikasi
adalah usaha manusia untuk menjadikan hewan ternak dari hewan liar dan
tanaman budi daya dari tumbuhan liar. Pada dasarnya, tindakan ini adalah
memindahkan makhluk hidup dari lingkungan aslinya ke lingkungan yang
diciptakan manusia. Tindakan ini dapat mengakibatkan timbulnya
jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang menyimpang dari aslinya yang
mengarah terbentuknya spesies baru.
Sebagai
contoh, kebiasaan seseorang untuk menyilangkan dua varietas tanaman atau
hewan sejenis. Melalui tindakan penyilangan tersebut, pada zaman Darwin
di Inggris pernah ditemukan 150 varietas merpati. Dari varietas
tersebut ditemukan varietas yang mempunyai penampakan sangat berbeda,
seolah-olah spesies lain. Ada burung dara yang kepalanya bermahkota, ada
yang tidak.
Ada burung
dara yang memiliki ekor mirip kipas dengan jumlah bulu ekor mencapai 40,
sedangkan umumnya jumlah bulu ekor burung dara adalah 12. Adanya
domestikasi menyebabkan terjadinya variasi yang mengarah terbentuknya
spesies baru, misalnya pada anjing.
c. Terbentuknya spesies baru karena adanya poliploid
Pada
tumbuhan, kadang meiosis berlangsung dalam keadaan tidak wajar.
Misalnya, terjadi nondisjungsi atau gagal berpisah, terjadi pada anafase
sehingga gamet yang dihasilkan membuahi atau dibuahi oleh sel gamet
yang normal (haploid), akan menjadi keturunan yang triploid. Apabila
keturunan semacam ini fertil dan dapat melakukan perkawinan dengan
hibrida sesama tetraploid, maka tidak menutup kemungkinan dihasilkannya
turunan yang poliploid. Dengan demikian, terbentuknya hibrida poliploid
dapat terjadi karena dua hal, yaitu:
a)
Autopoliploidi, yaitu peristiwa menggandakan kromosom tanpa diikuti
pemisahan kromosom. Gagalnya pemisahan kromosom ini, antara lain
disebabkan tidak terbentuknya benang spindel pada fase anafase. Akibat,
tidak terbentuknya benang spindel, maka kromatid mengalami peristiwa
gagal berpisah (nondisjunction).
Selain
nondisjunction, autopoliploidi juga dapat terjadi karena adanya
peristiwa penggandaan (doubling) dari kromosom. Peristiwa autopoliploidi
ini ditemukan pada tanaman bunga Oenothera lamarchious. Individu normal
memiliki 14 kromosom akibat autopoliploidi dihasilkan Oenothera gigas
yang memiliki 28 kromosom. Jenis tumbuhan tersebut apabila mengadakan
persilangan akan menghasilkan keturunan yang tetap steril. Jadi,
keduanya merupakan spesies yang berbeda.
b)
Allopoliploidi, yaitu terbentuknya poliploid dari persilangan dua
individu yang jumlah sel kromosomnya berbeda. Apabila kromosomnya
membentuk sinapsis, maka akan steril. Tetapi, apabila kromosomnya
berpasangan, maka akan mampu berkembang biak atau fertil.
Biasanya,
individu triploid (3n) tidak dapat melakukan interhibridisasi dengan
kedua induknya sehingga dianggap sebagai spesies baru. Umumnya,
keturunan yang terbentuk karena allopoliploidi lebih adaptif, lebih
besar, dan lebih kuat. Apabila kondisi lingkungan tidak menguntungkan,
maka yang akan terkena pengaruh adalah spesies diploidnya.
Daftar Istilah
Evolusi = suatu teori yang menjelaskan bahwa makhluk terbentuk secara tiba-tiba dari benda mati.
Evolusi
Biokimia = suatu teori yang menjelaskan perubahan-perubahan secara
perlahan-lahan tentang terbentuknya bahan-bahan organik dari bahan-bahan
anorganik.
Evolusi
Biologis = suatu teori yang menjelaskan perubahan makhluk hidup dari
tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi secara perlahan-lahan selama
jutaan tahunan.
Fosil =
sisa-sisa makhluk hidup yang berusia ribuan, bahkan jutaan tahun yang
telah membatu. Fosil dapat berupa batu, dapat berupa tubuh yang
diawetkan secara alami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar