Teori Asal-Usul Kehidupan (Teori Abiogenesis dan Biogenesis) -
 Berdasarkan fosil dan perhitungan yang teliti, diduga kehidupan muncul 
di bumi sekitar 4 milyar tahun yang lalu. Para ilmuwan berteori bahwa 
kehidupan terbentuk melalui suatu proses evolusi. 
Evolusi 
adalah suatu perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur dan 
perlahan-lahan dalam waktu jutaan, bahkan bermilyar-milyar tahun 
lamanya. Teori mengenai asal-usul kehidupan dapat dibedakan menjadi dua 
macam, yaitu Teori Abiogenesis dan Teori Biogenesis. Mari cermati 
uraiannya.
1. Teori Abiogenesis (Generatio Spontanea)
Tokoh teori 
ini adalah Aristoteles (384 - 322 SM), seorang ahli filsafat dan ilmu 
pengetahuan Yunani Kuno. Menurut teori yang dikemukakannya, makhluk 
hidup berasal dari benda tak hidup. Sebenarnya, Aristoteles mengetahui 
bahwa telur-telur ikan merupakan hasil perkawinan akan menetas 
menghasilkan ikan yang sama dengan induknya, tetapi dia yakin bahwa ada 
ikan yang berasal dari lumpur. Makhluk tersebut terjadi secara spontan 
sehingga teori abiogenesis disebut juga generation spontanea.
Tokoh 
Abiogenesis yang lain adalah John Needham (1700) seorang berkebangsaan 
Inggris. Dia melakukan percobaan dengan merebus sepotong daging dalam 
wadah selama beberapa menit (tidak sampai steril). Air rebusan daging 
disimpan dan ditutup dengan tutup botol dari gabus. Setelah beberapa 
hari, air kaldu menjadi keruh yang disebabkan oleh adanya mikroba. 
Needham mengambil kesimpulan bahwa mikroba berasal dari air kaldu. Jadi,
 menurut paham generation spontanea, semua kehidupan berasal dari benda 
tak hidup secara spontan, seperti:
a) ikan dan katak berasal dari lumpur
b) cacing berasal dari tanah
c) belatung terbentuk dari daging yang membusuk
d) tikus berasal dari sekam dan kain kotor.
Pada abad 
ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek berhasil membuat mikroskop sederhana. 
Dengan alat ini, ia dapat melihat benda-benda aneh yang sangat kecil 
dalam setetes air rendaman jerami. Penemuan inilah yang merupakan awal 
runtuhnya paham Abiogenesis.
Tidak semua 
orang puas dengan teori yang dikemukakan oleh para penganut paham 
abiogenesis. Oleh karena itu, ada orang yang mulai menyelidiki asal-usul
 makhluk hidup melalui berbagai percobaan. Walaupun bertahan 
beratus-ratus tahun, teori Abiogenesis akhirnya goyah dengan adanya 
penelitian tokoh-tokoh yang tidak puas dengan paham Abiogenesis. 
Tokoh-tokoh ini antara lain: Francesco Redi (Italia, 1626 - 1697), 
Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729 - 1799), dan Louis Pasteur (Perancis, 
1822 - 1895).
2. Teori Biogenesis
a. Percobaan Francesco Redi (1626 - 1697)
Francesco 
Redi adalah seorang dokter Italia. Dia melakukan percobaan untuk 
menunjukkan bahwa ulat tidak muncul dengan sendirinya pada daging yang 
membusuk, melainkan berasal dari telur lalat. Pada percobaannya yang 
pertama tahun 1668, Redi menggunakan dua kerat daging segar dan dua 
toples. Toples I diisi dengan sekerat daging dan ditutup rapat-rapat. 
Sedangkan, toples II diisi dengan kerat daging dan dibiarkan terbuka.
Setelah 
beberapa hari, keadaan daging pada kedua toples tersebut diamati. 
Hasilnya, pada toples II daging telah membusuk dan di dalam daging 
terdapat banyak larva. F. Redi menyimpulkan bahwa larva bukan berasal 
dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari lalat yang masuk kemudian
 bertelur pada kerakan daging dan telur tersebut menetas menjadi larva.
Hasil 
percobaan ini mendapat sanggahan dari para ilmuwan pengikut teori 
abiogenesis. Sanggahan tersebut adalah kehidupan pada toples I tidak 
dapat terjadi karena toples tersebut tertutup sehingga tidak ada kontak 
dengan udara. Akibatnya, tidak ada daya hidup di dalamnya.
Untuk 
menjawab sanggahan tersebut, Redi melakukan percobaan kedua, yaitu 
meletakkan daging pada toples tertutup kain kasa sehingga masih terjadi 
hubungan dengan udara, tetapi lalat tidak dapat masuk. Hasil percobaan 
menunjukkan bahwa keratan daging membusuk, pada daging ini ditemukan 
sedikit larva, dan pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak 
larva. Redi berkesimpulan larva bukan berasal dari daging yang membusuk,
 tetapi berasal dari lalat yang hinggap di kain kasa dan beberapa telur 
jatuh pada daging.
b. Percobaan Lazzaro Spallanzani (1729 - 1799)
Percobaan Spallanzani pada prinsipnya sama dengan percobaan Redi, tetapi bahan yang digunakan adalah air kaldu.
Labu I : diisi 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15ยบ C dan dibiarkan terbuka.
Labu II : 
diisi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat dengan sumbat gabus, lalu 
dipanaskan dan pada daerah pertemuan gabus dengan mulut labu dapat 
diolesi lilin agar lebih rapat. Kedua labu itu ditempatkan di tempat 
terbuka dan didinginkan. Setelah beberapa hari kemudian, hasil percobaan
 menunjukkan bahwa:
Labu I : terjadi perubahan, air kaldu menjadi keruh dan berbau tidak enak, serta banyak mengandung mikroba.
Labu II : 
tidak ada perubahan sama sekali, air tetap jernih dan tanpa mikroba. 
Tetapi, bila dibiarkan terbuka lebih lama terdapat banyak mikroba.
Dengan 
mikroskop tampak bahwa pada kaldu yang berasal dari labu I dan labu II 
terdapat mikroorganisme. Spallanzani menyimpulkan bahwa timbulnya 
kehidupan hanya mungkin jika telah ada kehidupan sebelumnya. 
Jadi, 
mikroorganisme tersebut telah ada dan tersebar di udara. Pendukung 
abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Spallanzani, 
sebab udara diperlukan untuk berlakunya generation spontanea. Sedangkan,
 paham biogenesis beranggapan bahwa udara itu merupakan sumber 
kontaminasi.
c. Percobaan Louis Pasteur
Orang yang 
memperkuat teori Biogenesis dan menumbangkan teori Abiogenesis hingga 
tak tersanggahkan lagi adalah Louis Pasteur (1822 - 1895) seorang ahli 
biokimia berkebangsaan Perancis. Pasteur melakukan percobaan 
penyempurnaan dari percobaan yang dilakukan Spallanzani.
Pada percobaannya, Pasteur menggunakan air kaldu dan tabung berleher angsa. Percobaannya adalah sebagai berikut:
1) Air kaldu
 dimasukkan ke labu berleher angsa. Labu ini digunakan dengan tujuan 
untuk menjaga adanya hubungan antara labu dengan udara luar. 
Selanjutnya, labu dipanaskan untuk mensterilkan air kaldu dari 
mikroorganisme. 
2) Setelah 
dingin, labu ditempatkan pada tempat yang aman. Karena bentuk pipa 
seperti angsa, udara dari luar dapat masuk ke dalam labu dan menempel di
 dasar lehernya.
Sehingga 
udara yang masuk ke dalam labu adalah udara yang steril. Jadi, dalam 
percobaan ini masih ada daya hidup seperti yang dipersoalkan penganut 
paham Abiogenesis. Setelah dibiarkan beberapa hari, air kaldu tetap 
jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
3) Labu yang
 berisi air kaldu jernih, kemudian dipecahkan lehernya sehingga air 
kaldu bersentuhan dengan udara luar secara langsung.  Setelah beberapa 
hari dibiarkan, air kaldu menjadi busuk dan banyak mengandung 
mikroorganisme. 
Kesimpulan 
percobaan Pasteur adalah mikroorganisme yang ada pada air kaldu bukan 
berasal dari cairan (benda tak hidup), melainkan dari mikroorganisme 
yang terdapat di udara. Mikroorganisme yang ada di udara masuk ke dalam 
labu bersama-sama dengan debu.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, tumbanglah Teori Abiogenesis dan muncul Teori Biogenesis yang menyatakan bahwa:
a) Omne vivum ex ovo, artinya setiap makhluk hidup berasal dari telur.
b) Omne ovum ex vivo, artinya setiap telur berasal dari makhluk hidup.
c) Omne vivum ex vivo, artinya setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga.
Demikianlah Materi Teori Asal-Usul Kehidupan (Teori Abiogenesis dan Biogenesis), semoga bermanfaat.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar