Hereditas pada Manusia (Gangguan Mental, Buta Warna, Albino dan Pewarisan Golongan Darah)
 - Sifat-sifat manusia diturunkan kepada keturunannya mengikuti pola 
pewarisan tertentu. Hal ini dapat dipelajari dengan menggunakan peta 
silsilah keluarga. Sifat-sifat yang dapat diwariskan dari tetua kepada 
keturunannya, misalnya cacat (abnormalitas).
 Cacat
 atau penyakit menurun tidak dapat disembuhkan atau ditularkan karena 
kelainan ada pada bagian substansi hereditas yang disebut gen. Walaupun 
gangguan genetik ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dalam beberapa hal 
konsekuensi fenotipnya dapat dibatasi. Tindakan penyembuhan dapat 
dilakukan dengan diet, penyesuaian lingkungan, pembedahan, kemoterapi, 
maupun rekayasa genetika.
Cacat
 atau penyakit menurun tidak dapat disembuhkan atau ditularkan karena 
kelainan ada pada bagian substansi hereditas yang disebut gen. Walaupun 
gangguan genetik ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dalam beberapa hal 
konsekuensi fenotipnya dapat dibatasi. Tindakan penyembuhan dapat 
dilakukan dengan diet, penyesuaian lingkungan, pembedahan, kemoterapi, 
maupun rekayasa genetika. 
Beberapa 
contoh penyakit keturunan adalah gangguan mental, cacat buta warna, dan 
albino. Untuk lebih mengetahui tentang penyakit turunan tersebut. Mari 
cermati uraian berikut ini.
a. Gangguan mental
Gangguan 
mental karena keturunan bermacam-macam jenis dan penyebabnya. Salah satu
 contohnya adalah fenilketonia (FKU) yang disebabkan oleh kegagalan 
tubuh mensintensis enzim yang mengubah fenilalanin menjadi tiroksin. Di 
dalam darah penderita mengandung senyawa yang tinggi. Kandungan senyawa 
dari fenilalanin ini adalah asam fenilpiruvat yang dapat merusak sistem 
saraf sehingga menimbulkan gangguan mental.
Kelainan 
mental ini dikendalikan oleh gen yang mengatur pembentukan protein 
enzim. Penderita memiliki pasangan alel gen-gen relatif homozigot yang 
diwariskan oleh kedua orang tua heterozigot yang penampakannya normal. 
Misalnya, alel relatif yang bertanggung jawab terhadap cacat ini, 
dilambangkan dengan a, dan alel dominan pasangannya A, maka 
persilangannya sebagai berikut:
b. Cacat buta warna
Cacat buta 
warna bermacam-macam, yaitu buta warna total dan buta warna sebagian. 
Penderita buta warna tidak dapat melihat warna tertentu, misalnya warna 
hijau, merah atau semua warna kecuali hitam putih. Yang paling umum 
adalah buta warna merah-hijau. Penderita buta warna ini tidak dapat 
membedakan warna merah dan hijau. Untuk mengetahui seseorang menderita 
buta warna merah-hijau atau tidak dapat menggunakan kartu uji 
penglihatan ishihara. Mari perhatikan Gambar disamping.
Cacat ini 
diturunkan oleh kedua orang tuanya yang normal. Faktor gen buta warna 
terpaut pada kromosom sex X. Apabila dalam pasangan alel dengan kromosom
 X yang normal, maka cacat buta warna tidak akan terjadi, tetapi bila 
berpasangan dengan kromosom y, maka laki-laki akan menderita buta 
warna. 
Contoh persilangannya sebagai berikut.
Jadi, 
perkawinan antara wanita karier dengan laki-laki normal menghasilkan 
keturunan wanita dan laki-laki normal 150%, wanita karier 25%, dan 
laki-laki buta warna 25%.
c. Albino
Orang albino
 memiliki rambut, mata, bulu mata, dan kulit berwarna putih. Hal ini 
disebabkan karena penderita albino tidak memiliki pigmen warna melanin. 
Warna melanin ada yang hitam, cokelat, kuning atau putih. Penderita 
albino tidak memiliki pigmen ini karena tidak dapat menghasilkan enzim 
pembentuk melanin.
Gen albino 
bersifat resesif dan terletak pada autosom (kromosom tubuh) sehingga 
baik laki-laki maupun perempuan dapat menderita albino. Seseorang 
menderita albino jika gennya dalam keadaan homozigot resesif. Jadi, 
sifat tersebut di peroleh dari orang tuanya yang menderita albino atau 
karier.
Contoh persilangannya adalah sebagai berikut:
Golongan 
darah dapat diwariskan dari orang tua kepada turunannya. Golongan darah 
pada manusia dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu golongan darah 
ABO, golongan darah MN, dan Rhesus.
a. Golongan darah ABO
Golongan 
darah manusia dapat ditentukan berdasarkan ada atau tidak adanya antigen
 (aglutinogen) dan antibodi (aglutinin). Untuk mengetahui golongan darah
 manusia, mari cermati Tabel 5.6 dan 5.7 di bawah ini. 
Gen penentu 
golongan darah terletak pada kromosom autosom dan diberi simbol I 
(Isohemaglutinogen) sehingga alelalelnya disimbolkan, IA menghasilkan 
antigen A, IB menghasilkan antigen B, dan IO yang tidak menghasilkan 
antigen. 
Dari tabel 
di atas dapat diketahui bahwa golongan darah dapat bergenotip homozigot 
atau heterozigot. Contohnya, orang yang bergolongan darah A heterozigot 
menikah dengan golongan darah B heterozigot. Persilangannya dapat 
digambarkan sebagai berikut:
Jika 
seseorang mempunyai genotip IAIO, maka pada membran sel darah merah akan
 muncul aglutinogen A, sementara plasma darahnya mengandung aglutinin β.
 Darah akan menggumpal jika orang yang mempunyai anti B diberi golongan 
yang mengandung aglutinogen (antigen) B. Golongan darah O dapat 
diberikan kepada semua golongan darah, karena darahnya tidak mengandung 
antigen A ataupun B yang dapat menggumpalkan darah penerimanya. 
Sedangkan, golongan darah AB, dapat menerima darah dari golongan darah 
A, B, AB, atau O karena di dalam darahnya tidak terdapat aglutinin anti A
 maupun anti B. Dengan demikian, golongan darah O disebut donor 
universal, sedangkan golongan darah AB disebut resipien universal.
b. Golongan darah MN
Penggolongan
 darah MN didasarkan pada ada tidaknya antigen dalam sel darah merah 
seseorang. Apabila seseorang bergolongan darah M, artinya di dalam 
darahnya mengandung antigen M, sedangkan orang yang di dalam sel darah 
merahnya mengandung antigen N, maka orang tersebut bergolongan darah N. 
Jadi, orang 
yang bergolongan darah MN dalam sel darah merahnya mengandung antigen M 
dan N sehingga orang tersebut bergolongan darah MN. Pengelompokan 
golongan darah MN tidak terikat pada golongan darah ABO. Dengan 
demikian, orang yang bergolongan darah M, N, atau MN terdapat sama 
banyak pada golongan darah A, B, AB, atau O.
Menurut para
 ahli, golongan darah MN ditentukan oleh gen yang mengandung dua alel. 
Satu alel menentukan faktor M dan yang lainnya menentukan faktor N. 
Jadi, orang yang bergenotip MM akan bergolongan darah M, golongan darah N
 mempunyai genotip NN, sedangkan golongan darah MN berarti mempunyai 
genotip MN.
Berikut ini digambarkan contoh perkawinan individu-individu menurut golongan darah MN. Mari cermati.
Jadi, 
menurut diagram di atas, jika orang yang bergolongan darah N menikah 
dengan orang yang bergolongan darah M, maka akan menghasilkan keturunan 
100% golongan darah MN. Sedangkan, orang yang bergolongan darah MN 
dikawinkan dengan orang yang bergolongan daran N atau M, maka akan 
menghasilkan keturunan 50% golongan darah mndan 50% golongan darah N 
atau M. Serum (antibodi) manusia tidak mereaksi antigen M dan N sehingga
 tidak menimbulkan penggumpalan darah. Antibodi M dan N dapat dibuat 
dengan menyuntikkan darah manusia ke tubuh kelinci.
c. Golongan darah Rhesus
Pada 
golongan darah rhesus ditentukan oleh ada tidaknya faktor rhesus 
(antigen Rh) pada sel darah seseorang. Golongan darah rhesus ini pertama
 kali ditemukan dalam darah kera (Rhesus macacus). Seseorang yang 
mengandung antigen Rh pada eritrositnya disebut Rh+ (Rhesus positif), 
sedangkan yang tidak mempunyai antigen rhesus disebut Rh– (Rhesus 
negatif). Seseorang yang mengandung antigen rhesus pada darah merahnya 
(Rh+) tidak dapat membentuk antibodi yang melawan antigen Rh–. Antibodi 
terhadap rhesus akan terbentuk pada orang yang bergolongan darah (Rh–). 
Jadi, jika 
orang bergolongan darah Rh– diberi transfusi darah dari orang 
bergolongan darah Rh+, maka pada darah penerima tersebut akan membentuk 
antibodi yang melawan antigen rhesus.
Contoh 
lainnya adalah pada ibu yang bergolongan darah Rh– mengandung bayi 
mengandung bayi yang bergolongan darah Rh+. Di dalam tubuh ibu akan 
membentuk antibodi (anti Rh+) yang melawan darah bayi yang mengandung 
antigen Rh+  Anak pertama biasanya selamat. 
Tetapi, jika
 ibu mengandung anak kedua yang bergolongan darah Rh– kembali, maka 
antibodi yang sudah terbentuk dalam tubuh ibu akan menggumpalkan darah 
bayinya sehingga bayinya mengalami eritroblastosis fetalis.









Tidak ada komentar:
Posting Komentar