Sudut pandang atau point of
view di dalam cerita fiksi pada prinsipnya adalah siapa yang menceritakan
cerita tersebut. Sudut pandang itu seperti kita melihat sesuatu peristiwa
melalui mata 'seseorang'. Kejadian yang sama di mata anak-anak dan orang dewasa
tentu berbeda, sehingga sudut pandang sangat berpengaruh pada bagaimana cerita
itu akan diceritakan. Bagaimana nuansa, gayanya, dan bahkan makna cerita itu
bisa berbeda tergantung sudut pandang mana yang dipakai.
Misalkan saja kita memiliki
sebuah cerita tentang pembunuhan serial. Kita memiliki beberapa tokoh, yaitu
detektif yang bertugas menangani kasus itu, si pembunuh yang mengincar
korbannya, dan seseorang yang mungkin menjadi korban berikutnya. Minimal, dari
cerita itu kita memiliki ada 3 sudut pandang penceritaan yang berbeda. Apakah
kita akan mengikuti gaya
cerita cerdas si detektif, atau menyelami psikologi temperamental si pembunuh,
atau bersama-sama korban harap-harap cemas menanti kejutan dari si pembunuh.
Atau bisa juga Anda melihat dari sudut pandang seorang reporter yang melaporkan
kejadian pembunuhan itu. Setidaknya dari cerita ini saja ada 4 variasi sudut
pandang yang bisa Anda pakai.
Kalau mau lebih nyentrik
lagi, bisa saja Anda menggunakan sudut pandang dari cermin yang ada di rumah
korban, atau lebih ekstrim lagi sudut pandang lalat yang kebetulan menclok di
tubuh korban. Banyak sekali kemungkinan sudut pandang yang dapat digunakan.
Ada dua sudut pandang yang
biasa dipakai di dalam penulisan fiksi, antara lain:
1. First Person Point of View (Sudut
Pandang Orang Pertama)
Di sini, narator berperan sebagai
salah satu karakter. Karakter dipakai biasanya adalah karakter utama di cerita.
Biasanya sudut pandang ini mudah dikenali, dengan 'aku' atau 'saya' sebagai
karakter utama.
2. Third Person Point of View (Sudut
Pandang Orang Ketiga)
Sudut pandang orang ketiga dipakai
bila kita menggunakan narator yang tidak ikut menjadi salah satu karakter fiksi
tersebut. Namun, narator tersebut mengetahui apa yang dirasakan dan dipikirkan
oleh karakter-karakter tersebut. Mungkin bisa Anda analogikan sebagai reporter
di cerita pembunuhan di atas.
Sudut pandang orang ketiga bisa
dibedakan lagi menjadi Omniscient atau Limited. Kalau di Omniscient Point of
View, orang ketiga tersebut mengetahui semuanya tentang seluruh karakter
cerita, baik perasaannya atau pikirannya. Sedangkan yang Limited, orang ketiga
itu hanya mengetahui tentang beberapa karakter saja.
Jadi manakah yang harus dipilih? Tidak
ada jawaban untuk pertanyaan ini. Semua sudut pandang bisa menghasilkan cerita
yang hebat, tergantung Anda sebagai penulis untuk mengolahnya.
Jadi, Anda dapat bermain-main dengan gaya cerita, nuansa cerita
hanya dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda. Cobalah mengeksplorasi
cerita Anda dengan mencoba sudut pandang yang lain, mungkin akan menghasilkan
cerita yang lebih baik lagi.
1. Sudut Pandang/cara bercerita/poin
of view
Sudut pandang di dalam karya sastra,
khususnya prosa (cerpen, novel, roman) adalah salah satu unsur sastra, yaitu
unsur intrinsik. Sudah tahu kan
unsure intrinsik dan ekstrinsik karya sastra? Kita jabarkan dulu berbagai macam
sudut pandang tersebut:
a. orang ketiga pelaku utama
Coba lihat contoh berikut ini:
Kali ini lupus sedang sial. Semenjak
tadi siang Lupus ditinggal Mami dan Lulu shoping sampai siang belum pulang.
Tetapi tunggu, kesialan Lupus tak berlangsung lama ketika ada suara daun pintu
di ketuk. Lupus yakin itu adalah Mami dan Lulu. Ia sudah membayangkan sate
kambing yang pedas dengan gule yang nikmat. Tetapi
b. orang ketiga di luar cerita
Coba perhatikan paragraf berikut
Ari adalah perempuan tercantik bagiku.
Ia adalah kepulanganku. Ia seperti rumah jiwa dan ragaku. Betapa tidak, segala
kelelahan hidup dapat kusandarkan kepadanya. Ari adalah sosok perempuan ideal
bagi diri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar