Teori Asal-Usul Kehidupan (Teori Kreasi Khas, Kataklisma, Kosmozoan dan Teori Evolusi Biokimia) -
Sebelum abad 17, banyak orang yang menganggap bahwa makhluk hidup
berasal dari benda mati. Misalnya, ikan dan katak berasal dari lumpur,
lalat berasal dari daging yang telah membusuk, dan sebagainya.
Aristoteles
berpendapat bahwa mahluk hidup terbentuk dari benda mati secara spontan.
Teorinya dikenal dengan nama generation spontanea. Para ilmuwan
berusaha mencari jawaban tentang asal-usul kehidupan dengan melakukan
berbagai macam percobaan. Setelah mencermati materi sebelumnya, dari
percobaan-percobaan tersebut dihasilkan beberapa teori tentang kehidupan
yang mengarah ke evolusi biologi.
Disamping beberapa teori asal-usul yang telah kita pelajari, cermati juga beberapa teori berikut ini ;
1. Teori Kreasi Khas
Teori
Kreasi Khas menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural
(gaib) pada saat yang istimewa. Teori ini dikenal dengan nama Teori
Kreasi Khas atau Teori Penciptaan Khusus. Carolus Linnaeus adalah salah
satu pengikut teori ini.
2. Teori Kataklisma
Teori
kataklisma menyatakan bahwa semua spesies diciptakan sendiri-sendiri dan
berlangsung dalam periode-periode, di antara periode yang satu dengan
yang lain terjadi bencana yang menghancurkan spesies lama dan
memunculkan spesies baru. Pandangan ini dipelopori oleh cuvier.
3. Teori Kosmozoan
Teori ini
menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet bumi berasal dari
protoplasma yang membentuk spora-spora kehidupan. Spora kehidupan ini
mencapai permukaan bumi dan berasal dari alam semesta. Pelopor teori ini
adalah Arrhenius.
4. Teori Evolusi Biokimia
Teori ini
menyatakan bahwa makhluk hidup terbentuk berdasarkan hukum Fisika-Kimia
yang dilanjutkan dengan Evolusi Biologi. Teori ini disebut Teori Evolusi
Biokimia. Para ahli Biologi, Astronomi, dan Geologi sepakat bahwa
planet bumi ini telah terbentuk kira-kira antara 4,5 - 5 milyar tahun
yang lalu. Keadaan pada saat awal terbentuknya bumi sangat berbeda
dengan keadaan saat ini.
Pada saat
itu, suhu planet bumi diperkirakan mencapai 40.000 - 80.000ºC. Pada saat
mulai mendingin, senyawa karbon beserta beberapa unsur logam mengembun
membentuk inti bumi. Sedangkan, permukaannya tetap gersang, tandus dan
tidak datar. Di atmosfer bumi terbentuk senyawa-senyawa sederhana yang
mengandung unsur-unsur, seperti uap air (H2O), ammonia (NH3), metan
(CH4) dan karbon dioksida (CO2). Senyawa sedehana ini berbentuk uap dan
bertahan di lapisan atas atmosfer.
Ketika suhu
atmosfer turun sekitar 100º C terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa
ini berlangsung selama ribuan tahun. Dalam keadaan semacam ini, bumi
dipastikan belum dihuni kehidupan. Namun, kondisi ini memungkinkan
berlangsungnya reaksi kimia, karena tersedianya zat (materi) dan energi
yang berlimpah.
Berdasarkan
uraian tersebut, beberapa ilmuwan mengemukakan pendapat serta melakukan
eksperimen. Di antaranya adalah: Harold Urey dan Stanley Miller.
a. Teori Evolusi Kimia menurut Harold Urey (1893)
Urey
menyatakan zat-zat organik terbentuk dari zat-zat anorganik. Menurut
Urey, zat-zat anorganik yang ada di atmosfer berupa gas karbondioksida,
metana, amonia, hidrogen, dan uap air. Semua zat ini bereaksi membentuk
zat organik karena energi petir.
Menurut Urey, proses terbentuknya makhluk hidup dapat dijelaskan dengan 4 tahap, yaitu:
Tahap I : Molekul metana, amonia, hidrogen, dan uap air tersedia sangat banyak di atmosfer bumi.
Tahap II :
Energi yang diperoleh dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar
kosmis menyebabkan zat-zat bereaksi membentuk molekul-molekul zat yang
lebih besar.
Tahap III : Terbentuk zat hidup yang paling sederhana yang memiliki susunan kimia, seperti susunan kimia pada virus.
Tahap IV : Zat hidup yang terbentuk berkembang dalam waktu jutaan tahun menjadi organisme (makhluk hidup) yang lebih kompleks.
b. Teori kimia menurut Stanley Miller
Miller
adalah murid Harold Urey yang berhasil membuat model alat yang digunakan
untuk membuktikan hipotesis Urey. Miller memasukkan uap air, metana,
amonia, gas hidrogen, dan karbondioksida ke dalam tabung percobaan.
Tabung tersebut kemudian dipanasi. Untuk mengganti energi listrik
halilintar ke dalam perangkat alat tersebut dilewatkan lecutan listrik
bertegangan tinggi sekitar 75.000 volt.
Hal
ini dimaksudkan untuk meniru kondisi permukaan bumi pada waktu terjadi
pembentukan zat organik secara spontan. Dengan adanya energi listrik,
terjadilah reaksi-reaksi yang membentuk zat baru. Zat-zat yang terbentuk
didinginkan dan ditampung. Hasil reaksi kemudian dianalisis. Ternyata,
di dalamnya terbentuk zat organik sederhana, seperti asam amino, gula
sederhana seperti ribosa dan adenin.Dengan
demikian, Miller dapat membuktikan bahwa zat organik dapat terbentuk
dari zat anorganik secara spontan. Sejak saat itu, perkembangan ilmu
evolusi kimia makin maju dengan ditemukannya senyawa-senyawa penyusun
unsur kehidupan.
Salah satu
peneliti bernama Melvin Calvin yang menemukan bahwa radiasi sinar dapat
mengubah metana, amonia, hidrogen, dan air menjadi molekul-molekul gula,
asam amino, purin dan pirimidin yang merupakan zat dasar pembentuk DNA,
RNA, ATP dan ADP.
Jadi,
asal-usul kehidupan menurut Teori Evolusi Kimia adalah bahwa di dalam
sup prabiotik terkandung zat-zat organik, DNA, dan RNA. RNA dapat
melakukan sintesis protein atas perintah DNA. Dengan demikian, di dalam
sup prabiotik terdapat protein. Setelah itu, terbentuklah sel pertama.
Sel tersebut hidup secara heterotrof yang mendapatkan makanan dari
lingkungannya berupa zat-zat organik yang melimpah. Sel tersebut mampu
membelah diri sehingga jumlahnya makin banyak. Sejak saat itu
berlangsunglah Evolusi Biologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar