Cara Masyarakat Praaksara Mewariskan Masa Lalu (Folklore, Mitologi, Legenda, Dongeng dan Upacara) -
Kita menyadari bahwa masyarakat Indonesia saat ini merupakan kelanjutan
dari masyarakat terdahulu yang turun temurun menjadi nenek moyang kita
dan telah mewariskan budayanya kepada masyarakat sekarang.
Mereka di
masa lampau hidup secara berkelompok, gotong royong, dan adanya pola
kepemimpinan yang demokratis dan rasional, yakni primus inter pares.
Pola kehidupan masyarakat saat itu dapat berkembang hingga masa kini.
Cara mereka dalam mewariskan apa yang mereka miliki dilakukan melalui
keluarga dan masyarakat.
1. Melalui keluarga
Keluarga
merupakan lingkup sosial terkecil, tetapi paling kental dalam hidup
kebersamaan. Nilai-nilai dan tatanan kehidupan dibina serta dihidupkan
terus menerus melalui keluarga, mulai cara membuat alat kebudayaan,
bahasa, bahkan unsur upacara-upacara yang kemudian dilestarikan secara
turun temurun.
2. Melalui masyarakat
Masyarakat
adalah suatu kumpulan manusia yang tinggal di suatu tempat dalam jangka
waktu yang lama dan menghasilkan kebudayaan. Jadi, masyarakat dapat
dibedakan berdasarkan budaya yang ada dan berkembang di dalamnya.
Masyarakat prasejarah mewariskan masa lalunya melalui benda-benda
kebudayaan, baik yang terbuat dari batu, tulang, atau logam. Selain itu,
mereka juga meninggalkan jejak-jejak berupa lukisan di dinding gua,
sampah dapur, dan gua tempat tinggal.
Selain
peninggalan yang berwujud benda (bersifat konkret), masyarakat praaksara
juga meninggalkan budaya tidak berwujud benda (bersifat abstrak).
Bentuk-bentuk peninggalannya dapat berupa sistem religi (kepercayaan)
dan adat istiadat (bahasa, seni, upacara-upacara adat, dan sebagainya).
Kebudayaan itu ada yang punah, namun ada juga yang tetap dipelihara oleh
masyararat. Misalnya, pemberian sesaji pada tempat-tempat yang dianggap
keramat, pertunjukan hiburan rakyat, tata cara perkawinan, kematian,
dan perhitungan hari baik.
Berikut metode-metode pewarisan masa lalu yang dilakukan masyarakat praaksara melalui
keluarga dan masyarakat
a. Folklore
Folklore
adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan
secara turun temurun, tetapi belum dibukukan. Ada juga yang mengartikan
folklore adalah sebuah cerita yang tokohnya adalah binatang, makhluk
hidup di luar manusia, atau personifikasi abstrak yang mengambil
perwatakan kemanusiaan dan berbicara serta bertingkah seperti manusia.
Folklore dibedakan atas folklore lisan dan folklore nonlisan.
Folklore
lisan adalah folklore yang disebarluaskan dan diwariskan dalam bentuk
lisan, seperti bahasa, teka-teki, dan puisi rakyat.
Folklore
nonlisan adalah folklore dalam bentuk benda-benda kuno hasil kebudayaan,
misalnya, arsitektur rakyat, kerajinan tangan, pakaian, perhiasan
tradisional, dan obat tradisional.
b. Mitologi
Mitologi
adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian
dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan
konsep dongeng suci. Jadi, mitologi adalah cerita tentang asal-usul alam
semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib
dan mengandung arti yang dalam.
Setiap suku
bangsa di wilayah Nusantara memiliki mitologi, yang ceritanya dikaitkan
dengan kehidupan masyarakat di suatu daerah, misalnya, cerita terjadinya
mado-mado atau marga di Nias (Sumatra Utara), cerita barong di Bali,
cerita pemindahan Gunung Suci Mahameru di India oleh para dewa ke Gunung
Semeru yang dianggap suci oleh orang Jawa dan Bali. Cerita mitologi
yang paling luas persebarannya hampir di seluruh Asia Tenggara adalah
mitologi Dewi Padi atau Dewi Sri.
c. Legenda
Legenda
adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi yang ceritanya
dihubungkan dengan tokoh sejarah, telah dibumbui dengan keajaiban,
kesaktian, dan keistimewaan tokohnya. Legenda ada empat kelompok sebagai
berikut.
1) Legenda keagamaan
Di dalam
legenda keagamaan banyak kita jumpai kisah-kisah para wali penyebar
Islam, misalnya, Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar di Jawa, sedangkan
di Bali dapat kita temui legenda tentang kisah Ratu Calon Arang.
2) Legenda kegaiban
Legenda ini
berkisah tentang kepercayaan rakyat pada alam gaib, misalnya kerajaan
gaib orang Bunian di rimba raya Sumatra, kerajaan gaib Pajajaran di Jawa
Barat, kerajaan gaib Laut Kidul di Jawa Tengah dan Yogyakarta, dan Si
Manis Jembatan Ancol dari Jakarta.
3) Legenda perseorangan
Legenda
perseorangan menceritakan tokoh tertentu yang dianggap pernah ada dan
terjadi, misalnya Sabai nan Aluih dan Si Pahit Lidah dari Sumatra, Si
Pitung dan Nyai Dasima dari Jakarta, Lutung Kasarung dari Jawa Barat,
Rara Mendut dan Jaka Tingkir dari Jawa Tengah, Suramenggolo dari Jawa
Timur, serta Jayaprana dan Layonsari dari Bali.
4) Legenda lokal
Legenda
lokal adalah legenda yang berhubungan dengan nama tempat terjadinya
gunung, bukit, danau, dan sebagainya. Misalnya, legenda terjadinya Danau
Toba di Sumatra, Sangkuriang (legenda Gunung Tangkuban Parahu) di Jawa
Barat, Rara Jonggrang di Yogyakarta dan Jawa Tengah, Ajisaka di Jawa
Tengah, Legenda Bujang Sambilan ( Legenda terjadinya Danau Maninjau ) di
Sumatera Barat dan Desa Trunyan di Bali.
d. Dongeng
Dongeng
adalah cerita rakyat yang tidak benar-benar terjadi, diceritakan karena
berisi petuah, kebaikan mengalahkan kejahatan, ajaran moral, dan petuah
bijak lainnya. Ada dongeng binatang (fabel) di Bali yang terkenal dengan
nama tokoh Tantri dan di Jawa ada tokoh Si Kancil. Dongeng manusia
contohnya Jaka Tarub yang mencuri pakaian bidadari berasal dari Jawa
Timur, dongeng Pasir Kumang dari Jawa Barat, dongeng Raja Pala dari
Bali, dongeng Meraksamana dari Papua, dongeng Ande-Ande Lumut dan
Brambang Bawang dari Jawa Tengah, dan dongeng Bawang Merah dan Bawang
Putih dari Jakarta. Dongeng lucu, contohnya, Si Kabayan dari Jawa Barat,
Gasin Meuseukin dari Aceh, dan Singa Rewa dari Kalimantan Tengah.
e. Upacara
Upacara
adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan
tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Jenis
upacara dalam kehidupan masyarakat, antara lain, upacara penguburan,
upacara perkawinan, dan upacara pengukuhan kepala suku.
1) Upacara penguburan
Upacara
penguburan merupakan upacara yang dikenal pertama kali dalam kehidupan
manusia sebelum mengenal tulisan. Upacara penguburan menimbulkan
kepercayaan bahwa roh orang meninggal akan pergi ke satu tempat tidak
jauh dari lingkungan di mana ia pernah tinggal semasa hidupnya.
Sewaktu-waktu roh tersebut dapat dipanggil untuk menolong masyarakat
jika ada bahaya atau kesulitan.
2) Upacara perkawinan
Upacara
perkawinan dilaksanakan di tengah masyarakat sejak dahulu sampai
sekarang. Perkawinan sekaligus mempertemukan dan mengawali hubungan dua
keluarga yang saling bersahabat. Tiap-tiap daerah mempunyai adat
berbeda-beda, seperti di daerah Minangkabau menganut garis keturunan
matrilineal (garis ibu), sedangkan suku Batak, Bali, Jawa menganut garis
patrilineal (garis keturunan lakilaki).
3) Upacara pengukuhan kepala suku
Kedudukan
kepala suku di masa lalu adalah besar sebab ia harus memiliki kesaktian,
keahlian, pengalaman, dan pengaruh yang kuat karena kepala suku adalah
pelindung kelompok sukunya dari berbagai ancaman. Kepala suku bahkan
dianggap ahli dalam upacara pemujaan, upacara penempatan rumah, upacara
pembukaan ladang, dan upacara adat lainnya.
f. Lagu-lagu daerah
Lagu-lagu
daerah atau lagu rakyat adalah syair-syair yang ditembangkan dengan
irama menarik dalam bentuk lisan. Lagu rakyat dikenal dengan sebutan
folksong. Lagu rakyat untuk anak-anak, misalnya, di Jawa Tengah dan Jawa
Timur adalah Cublak-Cublak Suweng, Ilir-Ilir, dan Jamuran; di Jawa
Barat adalah Cing Cangkeling; di Kalimantan Barat adalah lagu Cik-Cik
Periok; di Bali dikenal lagu Meyong-Meyong.
Lagu-lagu
rakyat umum, misalnya, lagu Butet dari Batak yang dilantunkan dengan
nada sedih, lagu Tenang Tanage dari Manggarai, Flores, dengan nuansa
perenungan, dan lagu Kampuang nan Jauh di Mato dari daerah Sumatra
Barat. Ada pula nyanyian religius yang dipadukan dengan tarian di daerah
Aceh, yaitu Saman dan Seudati, dan di Nias ada lagu Hoho.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar