Materi

25.11.14

MAKNA KATA



MAKNA KATA

Makna suatu kata dapat berubah-ubah karena:
1.  mendapat gramatikalisasi (afiksasi, reduplikasi, atau pemajemukan)
2.  posisinya di dalam kalimat
3.  kondisi (waktu dan tempat) pemakaian.


Jenis Makna Kata dapat dibedakan menjadi 6, yakni:
1.  Makna leksikal, yakni makna kata berdasarkan kamus. Makna ini terdapat pada kata-kata yang belum mengalami proses perubahan bentuk ataupun belum digunakan dalam kalimat. Makna leksikal dimiliki oleh kata dasar. Contoh: paman, jalan, sawah.
2.  Makna gramatikal, yakni makna yang dimiliki oleh kata setelah mengalami gramatikalisasi (afiksasi, reduplikasi, atau pemajemukan). Contoh: paman saya, jalan-jalan, sawah-ladang.
3.  Makna struktural, yakni makna yang dimiliki oleh suatu kata setelah digunakan dalam kalimat. Misalnya kata paman dalam kalimat Paman saya sedang jalan-jalan di sawah. Kata paman dalam hal ini bermakna `orang tua laki-laki (baik adik atau kakak dari ayah) yang pergi ke sawah`.
4.  Makna kontekstual, yakni makna kata yang keberadaan makna katanya sangat bergantung pada situasi dan kondisi penggunaannya. Contoh:          1) Pantas ia juara di kelasnya karena ia anak yang rajin. 2) Betul-betul rajin kamu ini, nilai merahnya saja ada lima.
     Kata rajin dalam 2 kalimat di atas berbeda maknanya. Kata rajin pada kalimat pertama bermakna `giat belajar`, sedangkan kata rajin pada kalimat kedua bermakna `malas belajar`.
5.  Makna denotasi, yakni makna kata yang sesuai dengan konsep asal, apa adanya, dan tidak mengandung makna tambahan. Makna denotasi disebut juga dengan makna konseptual, makna konkret, makna lugas, atau makna objektif. Contoh:
                                    hitam         à warna gelap
                                    besi           à logam yang keras
                                    binatang   à makhluk hidup yang tidak berakal
6.  Makna konotasi, yakni makna kata yang didasarkan pada perasaan atau pikiran seseorang. Kata konotasi adalah kebalikan dari kata denotasi. Makna konotasi disebut juga dengan makna kontekstual, makna abstrak, makna kiasan, atau makna subjektif. Contoh:
                                    hitam         à hina, sengsara: lembah hitam
                                    besi           à gagah, perkasa, kuat: tangan besi
                                    binatang   à jahat, buas: nafsu binatang           
     Makna konotasi dapat dibedakan menjadi konotasi baik (positif) dan konotasi buruk (negatif). Kata berkonotasi baik adalah kata bermakna tidak menyinggung perasaan, tidak kasar, dan sopan di dalam penggunaan bahasanya. Sedangkan kata berkonotasi buruk adalah kata yang bermakna kasar, baik dalam penggunaannya maupun dalam pengucapannya. Perhatikan contoh berikut!
Konotasi baik
Konotasi buruk
istri
meninggal
hamil
kurang pintar
bini
mati
bunting
goblok, bodoh

Bentuk-bentuk Perubahan Makna
Gejala perubahan makna suatu kata dapat terjadi melalui hal-hal berikut ini.
1.  Perluasan (generalisasi)
Perluasan makna kata terjadi apabila makna kata sekarang lebih luas dari makna asalnya.
Contoh:  berlayar     (makna asal)              à   mengarungi lautan dengan kapal layar
                                    (makna sekarang)     à  pergi ke laut menggunakan kapal bermesin,
                                                                               berlayar, dll.
                 bapak        (makna asal)               à  orang tua kandung laki-laki
                                    (makna sekarang)     à  orang laki-laki yang layak dihormati

2.  Penyempitan (spesialisasi)
Penyempitan makna kata dapat terjadi apabila makna suatu kata lebih sempit cakupannya dari makna asal. Penyempitan adalah kebalikan dari perluasan.

Contoh:  sarjana      (makna asal)               à  sebutan orang yang ahli di bidang tertentu,
                                                                               orang yang cerdas
                                    (makna sekarang)     à sebutan orang yang hanya lulusan S1
                 Pendeta    (makna asal)               à ahli agama
                                    (makna sekarang)     à pemimpin agama Kristen Protestan         
3.  Ameliorasi (peninggian)
Ameliorasi adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih tinggi dari asalnya.
Contoh:  wanita       (makna asal)               à perempuan biasa
                                    (makna sekarang)     à perempuan yang dihormati
4.  Peyorasi (penurunan)
Peyorasi adalah perubahan makna kata yang nilainya lebih rendah dari makna asalnya. Peyorasi adalah kebalikan dari ameliorasi.
Contoh:  gerombolan     (makna asal)            à orang-orang yang berkumpul, bergerombol
                                           (makna sekarang)   à pengacau
5.  Sinestesia
Sinestesia adalah perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda.
Contoh:  Kata-katanya pedas. Pedas = kasar, melukai perasaan (indera pendengaran)
                                                         Pedas, makna asalnya = rasa sambal (indera pencecapan)
                 Tutur katanya halus.  Halus = sopan, enak di dengar (indera pendengaran)
                                                         Halus, makna asalnya = permukaan rata (indera peraba)    
6.  Asosiasi
Asosiasi adalah perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat.
Contoh:  Beri saja di amplop, pasti segala urusanmu jadi lebih mudah.
                 amlpop      (makna asal)               à tempat menyimpan surat
                                    (makna sekarang)     à uang suap

Pertalian Makna Kata
Bentuk-bentuk pertalian makna kata adalah sebagai berikut.
1.  Sinonim, yakni dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama.
Contoh: mencela = mengkritik, riang = gembira, dll.
Suatu kata bisa dikatakan bersinonim apabila kata tersebut mampu menggantikan kata yang lain di dalam kalimat.
2.  Antonim, yakni dua kata atau lebih yang maknanya saling berlawanan atau berbeda.
Contoh: suami x istri, pintar x bodoh, miskin x kaya, mati x hidup, dll.
3.  Homonim, yakni dua kata yang penulisannya dan pengucapannya sama, namun memiliki arti yang berbeda.
Contoh: bisa, yang artinya
a.    mampu atau dapat (Akhirnya Ricky bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik.)
b.    racun ular (Ular itu mengeluarkan bisa di kaki Rexy.)
4.  Homograf, yakni dua kata yang penulisannya sama, pengucapan dan maknanya berbeda.
Contoh: teras, yang artinya                                   
a.    penting (Para pejabat teras sedang mengikuti penataran di gedung DPRD.)
b.    bagian depan rumah (Billy dan Edowa sedang makan coklat di teras rumah tetangga.)
5.  Homofon, yakni dua kata yang pengucapannya sama, penulisan dan maknanya berbeda.
Contoh:
bank, yang artinya = tempat menyimpan uang (Kemarin saya membuka rekening di bank BRE.)
bang, yang artinya = kakak laki-laki/yang lebih tua (Adik membeli baso di Bang Bejo.)
6.  Polisemi, yakni gejala keragaman atau kesamaan makna yang dimiliki oleh sebuah kata. Polisemi terbentuk karena pergeseran makna atau pernafsiran yang berbeda.
Contoh: 
a. Kepala adikku memar karena dilempar kayu oleh temannya.
b. Usia ayahku sudah mencapai kepala empat.
c. Ayah temanku baru saja dilantik menjadi kepala sekolah.
d. Kakak sedang membuat kepala surat.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut!
Bentuk Pertalian
Penulisan
Pengucapan
Makna
Sinonim
berbeda
berbeda
sama, hampir sama
Antonim
berbeda
berbeda
berbeda, berlawanan
Homonim
sama
sama
berbeda
Homograf
sama
berbeda
berbeda
Homofon
berbeda
sama
berbeda
Polisemi
sama
sama
beragam

                                                                                         
                                              
                                                                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar