Materi

27.10.14

Rilpivirine: Mengintip Obat Antiretroviral Terbaru

Infeksi HIV/AIDS adalah penyakit infeksi yang prevalensinya terus meningkat di Indonesia. Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh UNAIDS pada tahun 2010, lebih dari 5 juta masyarakat Indonesia diduga tertular oleh virus RNA ini. Pengobatan infeksi HIV sampai sekarang masih sangat sulit, obat-obatan yang terdapat sekarang masih sangat mahal dan memiliki efek samping yang besar. Terlebih lagi, banyaknya obat yang harus diminum oleh pasien setiap harinya dan juga kombinasi yang bermacam-macam membuat ketaatan minum obat pasien HIV rendah. Rilpivirine, salah satu obat antiretroviral terbaru mencoba menawarkan solusinya, yaitu obat anti-retroviral yang cukup diminum sekali sehari.
Obat antiretroviral lini pertama yang tergolong dalam kelas Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor atau lebih dikenal dengan nama NNRTI ini bekerja dengan memblokir suatu enzim yang bernama HIV reverse transcriptase. Enzim reverse transcriptase ini berfungsi untuk membuat struktur protein tubuh virus. Konsumsi dari obat ini akan membantu menurunkan jumlah virus HIV dari dalam darah (viral load) serta mencoba meningkatkan reseptor CD4+ di dalam tubuh yang sangat berguna dalam melawan infeksi. Jumlah CD4+ dalam darah adalah salah satu indikator penting dari keadaan sistem imun pasien. Semakin rendah jumlah CD4+ dalam darah maka semakin besar risiko pasien terkena infeksi opportunistik seperti infeksi Candida, Tuberculosis, dan cytomegalovirus. Seperti obat-obatan golongan NNRTI yang lain, obat ini hanya efektif terhadap virus HIV-1 dan tidak efektif terhadap infeksi virus HIV-2
Rilpivine memiliki keunggulan dibandingkan obat-obat antiretroviral segolongan seperti Efavirenz, Nevirapine dan Delavirdine dimana obat-obat tersebut perlu dikonsumsi lebih dari sekali dalam sehari sehingga sering merepotkan pasien. Selain itu, riset menunjukan mengkonsumsi beberapa obat dalam sehari akan menurunkan ketaatan minum obat dari pasien. Padahal, kita mengetahui bahwa ketaatan minum obat sangatlah penting dalam mencegah timbulnya virus HIV yang kebal terhadap obat antiretroviral.
Rilpivirine tersedia dalam bentuk sediaan tablet yaitu tablet dua puluh lima milligram. Obat ini dimakan bersamaan dengan makan siang. Obat ini diklasifikasikan sebagai obat anti-retroviral lini pertama sehingga tidak direkomendasikan bagi mereka yang telah mengkonsumsi obat antiretroviral lain sebelumnya. Obati ini dapat digunakan bagi mereka yang memiliki gangguan ginjal maupun gangguan hati.
Efek samping yang umumnya dijumpai pada pasien yang mengkonsumsi obat ini adalah: perubahan mood, kesulitan tidur (insomnia), rasa pusing, ruam yang muncul di kulit serta abnormalitas hati. Untuk meminimalisir efek samping tersebut, dokter harus menghindari memberikan obat ini pada mereka yang hipersensitif terhadap obat-obatan golongan NNRTI dan mempelajari interaksi-interaksi yang dimungkinkan oleh pemberian obat ini.
Obat yang tingkat keamanan kehamilannya diklasifikasikan sebagai kelas B ini cukup aman untuk dikonsumsi ibu hamil. Sebuah studi yang pernah dilakukan pada hewan meunjukan bahwa risiko teratogenik obat ini sangat rendah. Beberapa obat yang mungkin berinteraksi dengan Rilpivirine adalah carbamazepine, delavirdine, dexamethasone, dan omeprazole. Menariknya, beberapa obat antiretrovieral seperti evafirenz juga dapat berinteraksi engan Rilpivirine, oleh karena itu kita harus hati-hati dalam memberikan obat ini ke pasien.
Rilpivirine adalah salah satu opsi pengobatan antiretroviral yang dapat diberikan kepada pasien HIV. Keunggulannya terutama terdapat pada profil farmakokinetiknya dimana obat ini hanya perlu dimakan sekali dalam sehari. Efek samping yang relatif ringan dibandingkan dengan obat-obatan golongan NNRTI sejeninsya juga membuat Rilpivirine sebagai salah satu obat antiretroviral yang direkomendasikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar