Penyimpangan Semu Hukum Mendel (Kriptomeri, Polimeri, Epistasis dan Hipostasis) -
Nisbah genotip maupun fenotip yang dihasilkan oleh Mendel akan
terpenuhi jika setiap sifat hanya ditentukan oleh alel dalam satu lokus.
Alel dalam setiap lokus bersegregasi bebas dengan lokus lain, dan
gen-gen terdapat pada inti.
Pada
kasus-kasus tertentu, perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1 tidak dipenuhi,
tetapi menghasilkan perbandingan fenotip yang berbeda, misalnya 9 : 3 :
4, 15 : 1, atau 12 : 3 : 1. Munculnya perbandingan yang tidak sesuai
ini disebut penyimpangan semu hukum Mendel.
1. Kriptomeri
Kriptomeri
merupakan interaksi komplementasi yang terjadi, karena munculnya hasil
ekspresi suatu gen yang memerlukan kehadiran alel tertentu pada lokus
lain. Contoh interaksi komplementasi ini, terjadi pada proses
pembentukan warna bunga Linaria maroccana. Warna bunga ditentukan oleh
kandungan antosianin dan keadaan pH sel. Kandungan antosianin pada bunga
ditentukan oleh satu gen yang mempunyai dua alel dominan resesif (Misal
A dan a).
Tanaman akan
mengandung antosianin apabila mempunyai alel dominan A. Gen pada lokus
lain dapat menghasilkan senyawa yang menyebabkan sel berlingkungan asam
atau basa. Lingkungan asam basa sel ini dikendalikan oleh sepasang alel
dominan resesif pula (misalnya alel B dan b). Alel dominan B menyebabkan
sitoplasma bersifat basa, sedangkan alel resesif b membuat sitoplasma
bersifat asam.
Pada bunga
Linaria maroccana terdapat tiga warna bunga yaitu merah, putih, dan
ungu. Jika bunga Linaria maroccana berbunga merah galur murni
disilangkan dengan bunga putih galur murni, maka akan diperoleh F1 yang
semuanya berbunga ungu. Jika sesama F1 disilangkan, maka akan
menghasilkan fenotip dengan perbandingan bunga ungu : merah : putih = 9 :
3 : 4
Dari hasil penyilangan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
a) Fenotip warna bunga ungu memiliki pigmen antosianin dalam lingkungan basa dengan genotip A-B-.
b) Fenotip warna bunga merah memiliki pigmen antosianin dalam lingkungan asam dengan genotip A-bb.
c) Fenotip warna bunga putih tidak memiliki pigmen antosianin dengan genotip aabb.
2. Polimeri
Polimeri
terjadi karena dua gen memproduksi bahan yang sama dan menghasilkan
fenotip yang sama. Contohnya adalah sifat warna merah pada gandum. Warna
merah tersebut dikendalikan oleh pasangan alel dominan resesif yang
terdapat pada dua gen yang berbeda lokus. Warna merah akan muncul
apabila terdapat alel dominan di salah satu atau kedua lokus.
Misalnya,
pasangan alel penghasil warna merah pada gambar adalah M1 dan m1,
sedangkan pada lokus lain juga terdapat pasangan alel M2 dan m2. Jika
gandum berkulit merah (homozigot dominan) disilangkan dengan gandum
berkulit putih (homozigot resesif), maka akan menghasilkan fenotip
gandum berkulit merah semua. Bila F1 disilangkan sesamanya, akan
dihasilkan gandum berkulit merah : berkulit putih = 15 : 1.
Dari tabel
persilangan di atas dapat disimpulkan bahwa dua pasang alel yang
berlainan mempengaruhi sifat yang sama, yaitu warna bunga. Pengaruh
gen-gen yang mengendalikan warna merah (M1 dan M2) bersifat kumulatif,
artinya makin banyak jumlah gen, pengaruhnya makin jelas.
3. Epistasis dan Hipostasis
Epistasis
dan hipostasis merupakan interaksi yang berlangsung pada fenotip yang
dihasilkan oleh dua gen. Kedua gen bekerja menghasilkan fenotip yang
berbeda, tetapi fenotip dari salah satu gen yang dominan dapat menutupi
penampakan dari fenotip yang dihasilkan oleh gen dominan yang lain
apabila kedua gen hadir bersama. Gen dominan yang menutupi gen dominan
yang lain disebut epistasis, sedangkan gen yang tertutupi disebut
hipostatis. Contoh peristiwa epistasis dan hipostasis pada tumbuhan
adalah pada warna sekam gandum.
Terdapat
tiga warna sekam gandum, yaitu hitam, kuning, dan putih. Pigmen hitam
dan pigmen kuning dibentuk oleh dua gen yang berbeda yang masing-masing
dikendalikan oleh sepasang alel dengan hubungan dominan resesif.
Misalnya, pigmen kuning dikendalikan oleh alel K dan k, dan pigmen hitam
dikendalikan oleh alel H dan h. Jika gandum biji hitam dominan
homozigot dikawinkan dengan gandum biji kuning dominan homozigot, maka
hasil F1 adalah 100% gandum berkulit hitam. Sedangkan, pada F2
dihasilkan gandum biji hitam : biji kuning : biji putih = 12 : 3 : 1.
Dari
persilangan di atas dapat diketahui bahwa semua kombinasi yang
mengandung faktor H, fenotipnya adalah hitam. Kombinasi yang mengandung
faktor K tanpa faktor H menampakkan warna kuning. Sedangkan, kombinasi
dua faktor resesif, yaitu genotip hhkk berfenotip putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar