1. Pautan
Pada proses
meiosis I, saat kromosom bermigrasi ke kutub yang berlawanan, gen-gen
yang terletak pada kromosom yang sama akan berpautan dan bergerak
bersama-sama ke arah kutub yang sama pula. Pautan antarlokus ini terjadi
akibat lokus gen-gen terletak pada satu kromosom dan berjarak dekat
antara satu dengan yang lainnya.
Jumlah
pautan ini sesuai dengan jumlah pasangan kromosom dan panjangnya
kromosom. Gengen yang berhimpit dan berdekatan lokusnya cenderung
berpautan. Penyimpangan terhadap Hukum Perpaduan Bebas dapat disebabkan
karena keterpautan antarlokus. Hal ini berarti segregasi alel pada suatu
lokus berpengaruh terhadap segregasi alel pada lokus yang lain.
Jika 4 alela terletak pada pasangan kromosom yang sama.
Fenotip tetua: abu-abu, sayap panjang >< hitam, sayap pendek
2. Pindah Silang
Pindah
silang adalah pertukaran segmen antara dua kromosom homolog. Peristiwa
ini berlangsung pada saat kromosom homolog berpasangan dalam profase I
meiosis, yaitu pada saat pakiten. Pakiten merupakan saat seluruh bagian
kromosom berpasangan pada jarak yang paling dekat. Titik kontak dari
kromosom-kromosom yang bersentuhan dinamakan kiasma. Pindah silang akan
menghasilkan kromosom rekombinan yang merupakan hasil penyeberangan
fragmen-fragmen kromosom ke kromosom homolog tetangganya. Pautan gen
dapat dipisahkan oleh peristiwa pindah silang pada semua titik sepanjang
kromosom.
Jika terjadi pindah silang.
Fenotip tetua: abu-abu sayap panjang >< hitam sayap pendek
genotip rekombinan
genotip keseluruhan
Dalam suatu eksperimen diperoleh keturunan sebagai berikut.
Fenotip tetua berbadan abu-abu sayap panjang : 965
berbadan hitam sayap pendek : 944
Fenotip rekombinan berbadan hitam sayap panjang : 206
berbadan abu-abu sayap pendek : 185
Kemungkinan
pindah silang dan rekombinasi kromosom berbanding lurus dengan jarak
antara dua gen yang terpisah. Misalnya jarak antara gen O dan P tiga
kali lipat jarak antara gen R dan S. Hal ini berarti, pemisahan pautan
antara gen O dan P melalui pindah silang tiga kali lebih besar daripada
pindah silang antara gen R dan S. Jadi semakin jauh jarak antargen yang
memperbesar kemungkinan pindah silang. Frekuensi pindah silang dapat
dihitung sebagai berikut:
3. Gagal Berpisah
Pada saat
pembentukan gamet (pembelahan meiosis), kromosom dapat mengalami gagal
berpisah sehingga jumlah kromosom menjadi berubah. Kromosom dapat gagal
berpisah dengan kromosom homolognya pada saat meiosis I. Selain itu,
kromatid dalam satu kromosom juga dapat gagal berpisah pada saat meiosis
II. Perbedaan kedua peristiwa gagal berpisah tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gagal
berpisah dapat mengakibatkan gamet atau individu yang baru lahir
mempunyai kelainan jumlah kromosom. Contoh akibat gagal berpisah adalah
aneuploidi dan poliploidi. Aneuploidi adalah individu yang memiliki
kekurangan atau kelebihan satu kromosom dari kromosom tetuanya.
Aneuploidi
mengakibatkan perubahan fenotip pada individu, misalnya individu yang
mempunyai kromosom monosomi (2n – 1) atau trisomi (2n + 1). Sedangkan,
poliploidi adalah individu yang mempunyai kelipatan jumlah kromosom
tetuanya. Poliploidi misalnya gamet diploid bertemu dengan gamet haploid
menjadi triploid (3n), atau dua gamet diploid bersatu membentuk
individu tetraploid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar