MATEMATIKA, KOMPUTASI DAN KOMPUTER
1.   Matematika : Apakah itu?
Menurut
 Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika adalah “ilmu tentang 
bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional 
yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.  Kalimat 
ini bukan rumusan yang tepat, sekalipun dapat dikatakan memadai untuk 
dicantumkan dalam kamus. Ada cabang matematika yang tidak langsung 
berurusan dengan bilangan, misalnya geometri, topologi, teori graf serta
 logika.
Dalam naskah ini matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang pernyataan-pernyataan, serta syarat-syarat yang diperlukan agar sebuah pernyataan adalah benar. 
 Dalam matematika diuji kebenaran sebuah pernyataan, diteliti makna atau
 implikasi dari setiap kata yang terdapat didalamnya, serta dicoba 
dikembangkan pernyataan-pernyataan lain yang berkaitan. Pernyataan itu 
dapat mengenai apa saja, yang oleh para matematikawan dipilih sebagai 
obyek-obyek yang pantas diteliti dan dicermati. Salah satu obyek yang 
menarik adalah, tentu saja, bilangan.  Ternyata ada aneka ragam 
bilangan, baik yang asli, maupun yang tidak asli. Ternyata ada bilangan
 yang memiliki ciri istimewa, yang lalu disebut bilangan prima. Studi 
mengenai hal ini sangat penting tidak hanya dalam matematika, namun juga
 dalam teknik komputer.  
Obyek menarik lain terdapat dalam geometri,
 misalnya titik, garis, bidang, serta bentuk yang dapat muncul 
daripadanya, seperti segitiga, lingkaran, elips, kubus, bola, kerucut, 
piramida, dan lain-lain. Sangatlah terkenal pernyataan Pythagoras, bahwa
 dalam segitiga siku-siku, luas bujur sangkar pada hipotenusa (sisi 
miring) sama dengan jumlah luas bujur sangkar kedua sisi lainnya.
Dalam
 studi tentang bentuk-bentuk dalam geometri, muncul secara alami 
konsep-konsep seperti panjang, luas, isi, berat dan titik berat.  
Daripadanya berkembang konsep tentang satuan, besaran dan fungsi.
Obyek menarik lain bagi para matematikawan adalah himpunan,
 serta hubungan antara berbagai himpunan.  Studi mengenai hal ini telah 
menghasilkan aneka manfaat praktis, serta mengarahkan matematikawan 
kepada aneka persoalan sangat mendasar, bahkan sering bersifat abstrak, 
mengenai matematika serta pondasi yang diatasnya terdapat bangunan yang 
sekarang disebut matematika. Apapun  yang dipelajari dan dilakukan, 
semua kembali kepada usaha untuk membuat sekurang-kurangnya sebuah 
pernyataan yang dapat dipertanggung-jawabkan.
Pernyataan akan diterima sebagai pernyataan yang benar, jika kepadanya dapat diberikan (sekurang-kurangnya) sebuah bukti
 yang meyakinkan, yaitu argumentasi atau deretan kalimat yang rapi, 
runtut dan masuk akal, yang daripadanya tidak ada keragu-raguan lagi 
mengenai kebenaran dari teorema yang dibahas.
Pernyataan yang kebenarannya tidak pernah diragukan, namun tidak pernah diberikan buktinya, disebut aksioma. Pernyataan yang kebenarannya telah dijamin sekurang-kurangnya oleh sebuah bukti meyakinkan disebut teorema atau lemma. 
 Beda antara teorema dan lemma tidak perlu dibahas disini. Misalnya, 
pada bagian awal dari buku klasiknya yang berjudul “Grundlage der 
Geometrie”, David Hilbert menuliskan aksioma-aksioma tentang titik, 
garis dan bidang.  Dari aksioma-aksioma itu ia berhasil membuktikan 
semua teorema penting dalam geometri.  – Itulah contoh konkrit sebuah 
matematika.
Matematika dan logika.  Matematika biasanya diletakkan dalam kategori yang sama dengan logika, yang merupakan cabang dari filsafat. Filsafat
 itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterangkan sebagai 
“pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakekat segala 
yang ada, sebab, asal dan hukumnya” -- scientia rerum per causas ultimas.  Menurut Bertrand Russel, logika adalah masa kakak-kanak dari matematika.
Matematika dan fisika.  Matematika juga biasanya diletakkan dalam kategori yang sama dengan fisika,
 yang masa kanak-kanaknya disebut kosmologi, yang merupakan cabang dari 
filsafat juga.  Dalam fisika dipelajari obyek alam (benda), dan atas 
obyek itu dicoba dibuat pernyataan-pernyataan yang benar, yang sekarang 
biasa disebut hukum-hukum alam atau hukum-hukum fisika.  (Dalam naskah 
ini kimia diperlakukan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari fisika).
Adakah
 beda nyata antara teorema (dalam matematika) dan hukum (dalam fisika)? 
 Salah satu perbedaan adalah dalam pembuktian atas kebenarannya. Teorema
 dibuktikan melalui argumentasi, sedang hukum dalam fisika dibuktikan 
melalui eksperimen atau pengamatan.  
Perbedaan
 lain nyata dalam sifat penelitian yang dilakukan atas teorema dan 
hukum.  Hukum dikaji, dan dicoba dirumuskan kembali, dalam konteks 
gejala-gejala alam yang disadari, atau sekurang-kurangnya dicurigai, 
mengandung fakta baru, agar hukum dapat dirumuskan kembali menjadi 
bersifat mencakup fakta baru tersebut serta memiliki ciri universal, 
yaitu berlaku dimana saja dan kapan saja. Penelitian umumnya dikaji 
dalam pola pemikiran yang induktif. 
Teorema pun dikaji dengan sasaran serupa. Tetapi teorema sering diungkapkan berdasarkan n buah asumsi: “jika n buah asumsi A1, A2, ... An
 ini benar, maka pernyataan P adalah benar”. Apakah cacah asumsi dapat 
dikurangi, sehingga dapat dirumuskan teorema tanpa asumsi (misalnya)?  
Jika teorema bertolak dari sebuah asumsi yang sangat ketat, dapatkah 
asumsi yang ketat itu diperlunak, tanpa mengubah materi dalam teorema?  
-- Penelitian umumnya bersifat kajian deduktif dan diarahkan kepada 
pembentukan sistem matematika yang utuh: logis, konsisten dan efisen (bermanfaat).
2.  Matematika : sarana pemodelan bagi para teknisi
Dalam
 naskah ini yang dimaksudkan dengan para teknisi adalah mereka yang 
hidup dengan melakukan kegiatan ada dalam bidang ilmu-ilmu teknik, yaitu
 mereka perhatiannya adalah kepada upaya penyelesaian atas 
persoalan-persoalan nyata dalam masyarakat.  Persoalan itu dapat berupa 
perencanaan bangunan gedung, atau pengadaan prasarana telekomunikasi 
yang menjangkau sejumlah penghuni dalam sebuah kawasan. Salah satu 
persoalan nyata dewasa ini adalah nilai rupiah. Langkah-langkah tepat 
apakah yang harus dilakukan agar ekonomi nasional tidak terperosok dalam
 krisis berkepanjangan? Tentulah ini persoalan bagi para teknisi di 
bidang ekonomi. Persoalan skala besar aktual lain dewasa ini adalah 
terbentuknya himpunan asap yang merisaukan di hampir sebagian besar 
kawasan hutan Sumatera dan Kalimantan, yang telah menimbulkan aneka 
masalah nyata di bidang kesehatan,  sosial, ekonomi, hukum, politik 
dalam negeri dan hubungan internasional.
Bagi
 teknisi di bidang tertentu (misal bidang penegakan hukum), matematika 
boleh jadi tidak jelas manfaatnya dalam upaya penyelesaian persoalan 
skala besar tersebut. Tetapi bagi teknisi di bidang lain (misal 
pengendalian menuju pelestarian kualitas lingkungan) matematika pasti 
ada manfaatnya.  Dalam hal terakhir ini, berlakulah diktum atau nasehat,
 bahwa “mathematics is a substitute to thinking”.  Matematika berperan 
sebagai pisau untuk membuat analisis yang tajam menuju kepada pemecahan 
persoalan yang diinginkan.  Dalam konteks itu, seperti diungkapkan oleh 
Profesor Adhi Susanto, matematika mengisi aspek analitika bidang 
ilmu-ilmu teknik.
Dihadapkan
 kepada persoalan nyata dalam masyarakat, apakah yang dapat dikerjakan 
oleh para teknisi?  Kiranya dapat dibayangkan bahwa para teknisi itu 
akan merumuskan model bagi 
persoalan yang akan dipecahkan.  Yang disebut model itu sesungguhnya 
juga berupa pernyataan tentang persoalan yang dihadapi. Hal itu 
dikerjakan, antara lain dengan mencermati lingkup persoalannya, membuat 
kategori berdasarkan bidang kajian dan ilmu, melakukan pemilahan atas 
variabel serta parameter mana yang primer dan mana yang sifatnya 
sekunder, serta menetapkan suatu model, yang dinilai memiliki cukup 
sederhana untuk analisis selanjutnya, tetapi sekaligus cukup realistis 
untuk menggambarkan keadaan dalam dunia nyata.  “Great engineering is 
simple engineering”.  Dalam seluruh proses pemodelan ini matematika 
(logika) membantu meratakan jalan bagi perumusan model yang diinginkan.
Ada tiga butir harus diperhatikan:
1.      hukum-hukum alam yang berlaku;
2.      informasi serta pengalaman di lapangan;
3.      sasaran akhir yang ingin dicapai.
Mengingat
 hukum-hukum alam umumnya diungkapkan dalam pernyataan yang bersifat 
pasti serta tak mengandung keragu-raguan akan sebab dan akibatnya, maka 
model yang diperoleh daripadanya juga bersifat deterministik.  Model ini
 sering berupa persamaan matematika yang dijabarkan dari azas-azas 
kekekalan energi, massa dan momentum. Model ini bersifat deterministik.
 Sebaliknya, ketidak-lengkapan informasi mengenai aspek-aspek tertentu 
dari realitas, atau tidak tersedianya rumusan yang memadai untuk 
menyatakan hukum alam yang berlaku bagi realitas tersebut sering 
mendorong pembentukan model yang bersifat non-deterministik. 
 Model jenis ini sering dikembangkan dengan menggunakan  konsep peluang 
atau probabilitas, namun tidak tertutup kemungkinan model itu 
semata-mata bersifat heuristik atau ad-hoc.
Model juga dapat diklasifikasikan sebagai berbasis persamaan,
 jika persamaan itu dijabarkan dari hukum-hukum alam, atau diperoleh 
dalam bentuk persamaan regresi yang diangkat dari pengamatan serta 
pengukuran intensif di lapangan. Model ini bersifat obyektif. Sebaliknya
 model diklasifikasikan sebagai berbasis informasi,
 jika dikembangkan melalui proses penalaran yang adaptif, menggunakan 
konsep jaringan syaraf tiruan serta memanfaatkan paradigma logika fuzi. 
Model berbasis informasi sering mengandung unsur-unsur yang sifatnya 
subyektif, sekurang-kurangnya sampai taraf tertentu, karena tergantung 
kepada kematangan wawasan serta pemikiran teknisi pengembang model.  
Model jenis ini sekarang menjadi makin populer, antara lain karena 
sifatnya praktis, “the end justifies the means”.  Model berbasis 
persamaan untuk persoalan yang sama dapat tidak memiliki solusi atau 
memberi solusi yang tidak ada diterima (misalnya, seharusnya memberi 
jawab yang positif, tetapi angkanya ternyata negatif).
Selanjutnya dikenal pula model yang berbasis operasional. 
 Model jenis ini misalnya memanfaatkan paradigma antrian yang terdapat 
dalam aneka proses di alam dan dalam kegiatan sehari-hari.  Model 
berbasis operasional secara langsung atau tidak langsung memasukkan 
waktu sebagai unsur penting dalam pengkajian atas persoalan yang 
dihadapi. Dalam pelaksanaannya sering digunakan paradigma input-output 
serta konsep fungsi pemindah (“transfer function”). Secara singkat, 
model operasional berusaha mensimulasikan proses yang diperkirakan dapat
 terjadi.
Dilawankan kepada model operasional, dikenal pula model perencanaan,
 yang memanfaatkan paradigma optimisasi dalam penggunaan sumberdaya. 
Sasaran utama penyelesaian yang memiliki ciri unik dipandang dari segi 
kajian atas biaya dan manfaat.
Fakta sebenarnya:
1.      Model
 hanya mencerminkan akumulasi pengalaman si pengembang model akan 
persoalan yang dihadapi dalam konteks situasi dalam dunia nyata.  Dalam 
pengertian ini model hanya merupakan rumusan lain dari data serta 
informasi yang dimilikinya.
2.      Persoalan
 itu sendiri sering bersifat terbuka, dengan cacah jawaban, solusi atau 
penyelesaian dapat lebih dari satu, sekalipun solusi unik (satu dan 
hanya satu solusi) diinginkan.
3.      Model
 sering bersifat implisit, -- informasi tersembunyi dibalik 
relasi-relasi yang terdapat dalam model.  Diungkapkan dalam kalimat 
lain, dalam model yang telah dikembangkan, dapat saja informasi yang 
diinginkan tidak ada didalamnya.
4.      Oleh
 karena itu dalam memecahkan persoalan-persoalan nyata sering harus 
dilakukan proses iterasi, yaitu proses berulang dengan input sebuah 
siklus ditentukan oleh output siklus sebelumnya, sehingga pada akhirnya 
diperoleh model yang menjanjikan penyelesaian yang diinginkan.
3.  Komputasi : alat, metode dan teori
Komputasi adalah kegiatan mendapatkan penyelesaian atau solusi atas persoalan yang dinyatakan dalam model matematis. Secara matematis pada umumnya model mengambil bentuk
f(x) = y,
dengan x = himpunan informasi yang tersembunyi dalam model, berupa besaran-besaran yang nilainya harus ditetapkan agar persoalan nyata dapat dipecahkan, y = himpunan data
 yang tersedia, berupa besaran-besaran yang nilainya telah diketahui, 
dan f(.) = operator matematis model tersebut.  Secara singkat dalam 
komputasi diberikan f(.) serta nilai numeris y, lakukanlah aktivitas 
untuk memperoleh nilai numeris x, agar f(x) = y dipenuhi.
Secara matematis, x diperoleh melalui operasi invers atas y.  Konkritnya,
x = f-1(y),
dengan f-1
 operator matematis untuk melaksanakan operasi invers yang dimaksudkan. 
Masalah utama: dalam praktek tidak banyak operator f dengan f-1
 diketahui atau langsung dapat ditetapkan dengan mudah.  Oleh karena itu
 proses komputasi sering harus melalui jalan yang tak langsung. 
Teknik komputasi adalah perangkat ilmu tentang alat (biasanya sebuah komputer), metode (yang disebut algoritma) dan teori
 (bukti matematis bahwa komputasi memberi hasil yang benar) yang 
diperlukan untuk melaksanakan komputasi tersebut.  Sementara itu dalam 
melakukan kegiatan komputasi untuk menyelesaikan suatu persoalan, 
seorang teknisi harus memperhatikan interaksi dari alat (komputer yang digunakan), metode (yaitu program yang dimiliki), dan sifat unik dari soal
 yang dihadapi, sebab dalam praktek soal-soal memiliki tingkat kesulitan
 yang berbeda-beda:  ada soal yang relatif sangat gampang, ada yang 
sulit, tetapi juga ada soal yang sangat sulit.
4.  Bilangan, besaran dan fungsi : dari KBBI
Bilangan
 : “ide yang bersifat abstrak yang bukan simbol atau lambang, yang 
memberikan keterangan mengenai banyaknya anggauta himpunan”. Selanjutnya
 dalam KBBI dijelaskan aneka ragam bilangan dalam matematika dan fisika.
Angka
 : “tanda atau lambang sebagai pengganti bilangan”.  (Selanjutnya dalam 
KBBI juga diberikan banyak entri tentang aneka macam angka.)
Besaran
 : “pohon, daunnya dapat dijadikan obat, dan digunakan untuk makanan 
ulat sutera”.  (Jelas bukan yang dimaksudkan dalam naskah ini).
Perubah : “simbol yang digunakan untuk menyatakan unsur yang tidak tentu di suatu himpunan”.
Fungsi : “besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, maka besaran yang lain juga berubah”.
Komentar:
1. 
 Seorang awam yang ingin mengkonsultasi KBBI untuk mendapatkan kejelasan
 mengenai istilah-istilah ini pasti mengalami kesulitan untuk 
memahaminya.
2.  Membuat kamus, apalagi KBBI, bukan pekerjaan yang mudah.
5.  Meluruskan istilah : Bilangan
Bilangan
 : “ide yang bersifat abstrak yang digunakan untuk memberikan keterangan
 tentang sebuah besaran (misalnya cacah, jumlah, berapa banyaknya, 
berapa besarnya, …).
Dikenal
 berbagai cara untuk mengkelompokkan sebuah bilangan.  Ada pengelompokan
 atas dasar bilangan positif dan bilangan negatif. Ada juga 
pengelompokkan atas dasar bilangan bulat (integer), bilangan real, 
bilangan exponensial, dan bilangan komplex.  
Bilangan
 disebut bulat (integer) jika tidak mengandung titik desimal. Bilangan 
disebut real jika mengandung titik desimal.  Maka "7" adalah bilangan 
bulat, tetapi "7.", "7.0" dan "-17.453" adalah bilangan real.  Contoh 
bilangan exponensial adalah "-0.17453 102",
 yang merupakan ungkapan dalam bentuk bilangan exponensial atas 
"-17.453".  Dalam print-out komputer sering bilangan ini ditulis 
"-0.17453E+2", untuk alasan yang sekarang menjadi jelas.
102",
 yang merupakan ungkapan dalam bentuk bilangan exponensial atas 
"-17.453".  Dalam print-out komputer sering bilangan ini ditulis 
"-0.17453E+2", untuk alasan yang sekarang menjadi jelas.
 102",
 yang merupakan ungkapan dalam bentuk bilangan exponensial atas 
"-17.453".  Dalam print-out komputer sering bilangan ini ditulis 
"-0.17453E+2", untuk alasan yang sekarang menjadi jelas.
102",
 yang merupakan ungkapan dalam bentuk bilangan exponensial atas 
"-17.453".  Dalam print-out komputer sering bilangan ini ditulis 
"-0.17453E+2", untuk alasan yang sekarang menjadi jelas.
Bilangan
 disebut komplex jika terdiri atas dua bagian, yaitu (1) bagian real, 
dan (2) bagian imaginer (komplex).  Contoh: "-3 + 4i",  bagian real 
adalah "-3", bagian imaginer (komplex) adalah "4". Tentulah bilangan 
komplex "+2.71-5.38i" terdiri atas bagian real "+2.71" dan bagian 
imaginer adalah "-5.38".
Baik
 bagian real maupun bagian imaginer (komplex) adalah dari jenis bilangan
 bulan atau real. Bagian imaginer dibedakan dari bagian real dengan 
simbol "i", ditulis dimuka atau dibelakangnya.  Disini i =  .  Tentu saja berlaku sifat bahwa i2 = -1, i3 = -i, dan i4 = +1.
.  Tentu saja berlaku sifat bahwa i2 = -1, i3 = -i, dan i4 = +1.
 .  Tentu saja berlaku sifat bahwa i2 = -1, i3 = -i, dan i4 = +1.
.  Tentu saja berlaku sifat bahwa i2 = -1, i3 = -i, dan i4 = +1.
Dalam
 matematika diajarkan, bahwa sebuah bilangan bulat dapat digambarkan 
sebagai sebuah titik dalam garis bilangan bulat I, sebuah bilangan real 
dapat digambarkan sebagai sebuah titik dalam garis bilangan real R, dan 
sebuah bilangan komplex digambarkan sebagai sebuah titik dalam bidang 
komplex C.

6.  Meluruskan istilah : Besaran
Rumusan
 berikut ini dinilai lebih mendekati kebenaran. Besaran : “sifat melekat
 pada sebuah obyek atau benda (konkrit atau abstrak), yaitu sifat yang 
terdapat dalam, atau yang tak dapat dipisahkan dari, obyek atau benda 
tersebut sehingga dapat difahami sebagai salah satu ciri, atribut atau 
jatidiri obyek atau benda tersebut".
Atas
 sebuah obyek seorang pengamat dapat mencatat sejumlah besaran. 
Misalnya, jika obyek itu adalah seorang mahasiswa, beberapa dari besaran
 itu adalah antara lain (1) nama mahasiswa tersebut, (2) tempat lahir, 
(3) tanggal lahir, (4) berasal dari SMU mana, (5) dengan NEM berapa, (6)
 terdaftar di program studi apa, (7) sekarang sudah berada di semester 
keberapa, (8) berapa sks telah dikumpulkan, (9) index prestasi 
kumulatif, (10)  alamat tempat tinggal, -- dan sebagainya.
Besaran yang melekat pada sebuah obyek dapat dikatagorikan dalam dua macam, yaitu (1) besaran numeris, dan (2) besaran non-numeris.
 Umur, index prestasi kumulatif, terdaftar di semester ke berapa, 
merupakan beberapa contoh dari besaran numeris. Besaran disebut numeris 
jika atas besaran itu pengamat (dengan satu atau lain cara, biasanya 
dengan pengukuran) dapat 
memberikan sebuah bilangan yang sesuai yang dimiliki oleh obyek itu. 
Dalam bahasa sehari-hari dikatakan bahwa atas besaran tersebut diberikan
 nilai  yang menerangkan keadan besaran itu pada obyek yang dibicarakan. Untuk komplitnya informasi ditambahkan satuan,
 yaitu standar atau dasar yang digunakan untuk memberi nilai tersebut. 
Dengan cara itu keragu-raguan dapat ditekan sekecil-kecilnya, 
lebih-lebih jika digunakan satuan standar. 
 Maka atas umur seorang mahasiswa diberikan nilai 20 tahun, dan atas 
umur seekor ayam diberikan nilai (misalnya) 81.7 hari.   Itu pasti 
berbeda dari umur 20.013 tahun yang ada pada seorang mahasiswa lain, dan
 umur 81.6 hari atas seekor ayam yang lain.  Bahkan perbedaan antara 20 
tahun dan 20.013 tahun bersifat pasti, yaitu 0.013 tahun.
Atas
 sebuah besaran non-numeris, per definisi, seorang pengamat tidak dapat 
memberikan sebuah bilangan numeris sebagai nilai atas besaran tersebut. 
 Yang dapat diberikan atas besaran non-numeris adalah sebuah penilaian,
 yang dapat bersifat subyektif. Contoh khas adalah besaran warna 
(bunga).  Atas besaran ini seorang hanya dapat memberi label sebuah kata
 sifat yang sepantasnya menggambarkan keadaan dari besaran tersebut, 
misalnya "hijau". Penilaian "hijau" disebut subyektif karena pengamat 
lain barangkalai memberi label "hijau agak kemerah-merahan". Apa beda 
"hijau" dengan "hijau agak kemerah-merahan" , tidak dengan mudah dapat 
diterangkan.  
Contoh
 lain adalah besaran index prestasi.  Label yang dapat diberikan 
kepadanya adalah "A", "B", "C", dan "D", berturut-turut untuk sifat 
"amat baik", "baik", "cukup" dan "jelek".  Bahwa untuk index prestasi 
ada label "E" dan "F", ada pertimbangannya.  
Pada
 kesempatan ini patut dicatat bahwa  pemberian nilai (misalnya) 2.74 
atas besaran index prestasi kumulatif adalah didasarkan kepada asumsi 
bahwa "A" setara dengan 4, "B" dengan 3, "C" dengan 2 dan "D" dengan 1. 
 Asumsi itu dilengkapi dengan asumsi lain bahwa "E" setara dengan 0.  
Landasan pemikiran mengapa demikian tidak disinggung disini.  Namun 
patut ditanyakan satuan apakah yang dipakai untuk index prestasi itu?
7.  Fungsi : apakah itu?
Fungsi
 adalah sebuah konsep dalam matematika yang dimaksudkan untuk 
menggambarkan dengan singkat dan padat ("cekak aos", bahasa Jawa) relasi
 antara dua buah besaran numeris.  Tentu saja biasanya hal itu dilandasi
 oleh asumsi bahwa relasi itu ada dan unik, sampai dibuktikan 
sebaliknya.  
Sering
 fungsi f dinyatakan pula sebagai sebuah pemetaan ("mapping") antara 
sebuah nilai dalam besaran yang satu dengan nilai sasaran pada besaran 
yang lain.  Kisaran nilai dalam besaran yang satu membentuk "domain" D 
dari fungsi, sedangkan kisaran nilai sasaran pada besaran yang lain 
disebut "range" R dari fungsi tersebut, dan ditulis
 f = D   R.
  R.
 R.
  R.
Pemetaan disebut satu-satu ("one-to-one mapping"), jika untuk sebuah nilai x dalam "domain" D hanya ada satu dan hanya satu nilai y dalam "range"  R  dari fungsi tersebut.  Oleh karena itu ditulis
 y = f(x).
Terkait dalam pengertian ini adalah gagasan, jika x telah diketahui, maka operasi f(.) atas x menghasilkan y.  Rumusan ini bersifat explisit.
Model matematika
f(x) = y
menampilkan gagasan berbeda.  Operasi f(.) atas x menghasilkan y.  Model matematika biasanya adalah sedemikian, sehingga informasi atas f(.) serta nilai dari y  telah diketahui atau dimiliki, dan dengan bantuan model itu seorang analis ingin menetapkan nilai dari x yang memenuhi syarat bahwa y  = f(x).  Rumusan dalam model matematika senantiasa bersifat implisit.
Kembali kepada persoalan mencari nilai dari  .  Persoalan ini secara explisit dalam diungkapkan sebagai persoalan menetapkan y  = x0.5, dengan x := 10.  (Disini tanda ":=" seyogyanya dibaca "diberi nilai sama dengan").  Sebaliknya, dalam rumusan implisit ingin dicari x agar x2 = 10.  Artinya ada operasi f(x)
.  Persoalan ini secara explisit dalam diungkapkan sebagai persoalan menetapkan y  = x0.5, dengan x := 10.  (Disini tanda ":=" seyogyanya dibaca "diberi nilai sama dengan").  Sebaliknya, dalam rumusan implisit ingin dicari x agar x2 = 10.  Artinya ada operasi f(x)  x2 atas x menghasilkan y.  Untuk y  := 10; tetapkan nilai dari x tersebut.
 x2 atas x menghasilkan y.  Untuk y  := 10; tetapkan nilai dari x tersebut.
 .  Persoalan ini secara explisit dalam diungkapkan sebagai persoalan menetapkan y  = x0.5, dengan x := 10.  (Disini tanda ":=" seyogyanya dibaca "diberi nilai sama dengan").  Sebaliknya, dalam rumusan implisit ingin dicari x agar x2 = 10.  Artinya ada operasi f(x)
.  Persoalan ini secara explisit dalam diungkapkan sebagai persoalan menetapkan y  = x0.5, dengan x := 10.  (Disini tanda ":=" seyogyanya dibaca "diberi nilai sama dengan").  Sebaliknya, dalam rumusan implisit ingin dicari x agar x2 = 10.  Artinya ada operasi f(x)  x2 atas x menghasilkan y.  Untuk y  := 10; tetapkan nilai dari x tersebut.
 x2 atas x menghasilkan y.  Untuk y  := 10; tetapkan nilai dari x tersebut.
Dalam rumusan implisit ini pada dasarnya ingin dicari fungsi invers f-1(.), sedemikian rupa sehingga  x =f-1(y).  Telah ditunjukkan dimuka, bahwa pada dasarnya f-1(.) dapat diungkapkan sebagai hasil dari operasi explisit g(.) yang dilakukan secara berulang.  Konkritnya,
f-1(x) = g(g(g(...(g(x) ...))),
dengan g(x)  (x + y/x)/2 dan disini y muncul sebagai sebuah parameter dalam fungsi g(.) dan nilai awalnya diketahui, yaitu y := 10.  Disini  x adalah nilai akar yang dicari. Karena nilai  x tersebut memang tidak diketahui, maka  pada awal mula hanya dibuat taksiran atasnya saja, dan teori menjamin kebenaran hasilnya.
 (x + y/x)/2 dan disini y muncul sebagai sebuah parameter dalam fungsi g(.) dan nilai awalnya diketahui, yaitu y := 10.  Disini  x adalah nilai akar yang dicari. Karena nilai  x tersebut memang tidak diketahui, maka  pada awal mula hanya dibuat taksiran atasnya saja, dan teori menjamin kebenaran hasilnya. 
 (x + y/x)/2 dan disini y muncul sebagai sebuah parameter dalam fungsi g(.) dan nilai awalnya diketahui, yaitu y := 10.  Disini  x adalah nilai akar yang dicari. Karena nilai  x tersebut memang tidak diketahui, maka  pada awal mula hanya dibuat taksiran atasnya saja, dan teori menjamin kebenaran hasilnya.
 (x + y/x)/2 dan disini y muncul sebagai sebuah parameter dalam fungsi g(.) dan nilai awalnya diketahui, yaitu y := 10.  Disini  x adalah nilai akar yang dicari. Karena nilai  x tersebut memang tidak diketahui, maka  pada awal mula hanya dibuat taksiran atasnya saja, dan teori menjamin kebenaran hasilnya. 
Selanjutnya,
 apa yang sekarang terjadi?  Persoalan matematika yang bersifat implisit
 f(x) = y mula-mula telah dirumuskan sebagai persoalan menetapkan fungsi
 invers x = f-1(y) (yang bersifat explisit), tetapi kemudian ternyata bahwa fungsi (invers yang bersifat) explisit f-1(.) itu dapat diungkapkan sebagai hasil penerapan berulang sebuah fungsi explisit g(.)  yang sifatnya unik.
Algoritma
 adalah istilah baku untuk proses komputasi berulang untuk memecahkan 
persoalan dalam dunia nyata yang rumusan matematikanya bersifat 
explisit. Tiap langkah dalam operasi komputasi tersebut merupakan 
operasi komputasi explisit.  Dalam pelaksanaannya, algoritma tersebut 
masih harus ditulis dalam sebuah program (dalam suatu bahasa komputer) 
untuk diinputkan kepada komputer untuk dilaksanaan.  Pada dasarnya algoritma pasti berupa deretan pernyataan yang sengaja dikomunikasikan kepada komputer sebagai gagasan pemecahan sebuah persoalan, sama seperti seorang pembela menyampaikan sebuah orasi = deretan pernyataan dalam sebuah pengadilan sebagai argumentasi
 untuk membenarkan kliennya.  Algoritma disebut benar jika deretan 
pernyataan itu memang mengungkapkan gagasan yang benar untuk memecahkan 
persoalan dalam dunia nyata tersebut.  Dapat juga dikatakan bahwa 
algoritma merupakan sarana seseorang untuk mengkomunikasikan gagasan 
kepada komputer, agar komputer membantu orang itu dalam memecahkan 
persoalan dalam dunia nyata.  Disini komputer berperan sebagai agen 
pembantu pemecahan persoalan dan disini nyata pula manfaat studi tentang
 algoritma dan studi tentang bahasa (khususnya bahasa komputer).  
Sebuah algoritma untuk menetapkan nilai akar x dari sebuah bilangan real positif a adalah sebagai berikut:
Inputkan a;
Nyatakan x := a;
Jika belum konvergen, kerjakan terus yang terdapat dibawah ini:
        y := (x + a/x)/2;  x := y;
Tampilkan x;
Selesai.
Namun dapat ditanyakan apakah yang dimaksud dengan "belum konvergen"?  Salah satu kriteria konvergensi adalah  x - y
x - y
 0.000001.  Jadi kalau syarat itu tak dipenuhi maka  dua operasi eksplisit y := (x + a/x)/2 dan x :=y tersebut diatas harus diulangi. Algoritma yang lengkap adalah dibawah ini:
 0.000001.  Jadi kalau syarat itu tak dipenuhi maka  dua operasi eksplisit y := (x + a/x)/2 dan x :=y tersebut diatas harus diulangi. Algoritma yang lengkap adalah dibawah ini:
 x - y
x - y
 0.000001.  Jadi kalau syarat itu tak dipenuhi maka  dua operasi eksplisit y := (x + a/x)/2 dan x :=y tersebut diatas harus diulangi. Algoritma yang lengkap adalah dibawah ini:
 0.000001.  Jadi kalau syarat itu tak dipenuhi maka  dua operasi eksplisit y := (x + a/x)/2 dan x :=y tersebut diatas harus diulangi. Algoritma yang lengkap adalah dibawah ini:
Inputkan a;
Nyatakan x := a;  y := 0;
Jika    x - y
x - y 
   0.000001, kerjakanlah :
 0.000001, kerjakanlah :
 x - y
x - y 
   0.000001, kerjakanlah :
 0.000001, kerjakanlah :
        y := (x + a/x)/2;          x := y;
Tampilkan x;
Selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar