Akulturasi Kebudayaan Indonesia dengan Kebudayaan Islam dalam Aksara dan Seni Sastra -
Dalam perkembangan Islam, kesusastraan Jawa umumnya berbentuk tembang,
sedangkan di Sumatra dan Semenanjung Malaka berbentuk tembang dan
gancaran. Hikayat yang digubah dalam tembang disebut syair.
Syair yang
tertua tertulis tahun 1380 terpahat pada batu nisan makam seorang Raja
Puteri Pasai (di Minye Tujoh), terdiri atas dua bait yang setiap bait
terdiri atas empat baris.
Tulisan yang
dipakai dalam kesusastraan Jawa adalah Jawa Kuno, sedangkan
kesusastraan di Sumatra umumnya ditulis dengan huruf Arab. Hasil karya
sastra yang bernapaskan Islam, antara lain buku tasawuf yang ditulis
oleh Hamzah Fansyuri, Nur al-Din al-Raniri (Nuruddin ar- Raniri), Abdul
al-Rauf, dan Sunan Bonang; buku suluk primbon, pengantar fikih dan
tafsir Al-Qur'an yang ditulis oleh Abdul al-Rauf.
Bersamaan
dengan berkembangnya ajaran tasawuf, muncullah tarekat-tarekat, antara
lain tarekat Qadariyah, Naqsyabandiah, Sammaniah, Syattariah, dan
Rifa'i. Tarekat ialah jalan atau cara yang ditempuh oleh kaum sufi untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan. Karya sastra lain yang dihasilkan pada
masa Islam, antara lain Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Sejarah Melayu,
Bustanus Salatin, dan Gurindam Dua belas. Dilihat dari corak dan
isinya, kesusastraan yang berkembang sejak kedatangan Islam di Indonesia
(zaman madya) dapat dibedakan sebagai berikut.
Hikayat
adalah cerita atau dongeng yang berisi berbagai macam peristiwa sejarah.
Keajaiban dan peristiwa yang tidak masuk akal bahkan menjadi bagian
terpenting walaupun sering berpangkal pada seorang tokoh sejarah ataupun
berkisar pada peristiwa sejarah. Misalnya, Panji Inu Kertapati, Hikayat
Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Si Miskin, Hikayat Bahtiar,
dan Hikayat Hang Tuah.
2. Babad
Babad ialah
cerita sejarah yang biasanya lebih berupa cerita daripada uraian sejarah
walaupun yang menjadi pola memang peristiwa sejarah. Di daerah Melayu,
babad dikenal dengan nama sejarah, silsilah (salasilah), dan tambo.
Beberapa kitab babad diberi judul Hikayat, misalnya Hikayat Raja-Raja
Pasai, Hikayat Salasilah Perak, Sejarah Melayu, Babad Giyanti, Babad
Tanah Jawi, dan Sejarah Negeri Kedah.
3. Suluk
Suluk adalah
kitab yang membentangkan soal tasawuf. Sifatnya panteis (manusia
bersatu dengan Tuhan atau masyarakat Jawa mengenal sebagai manunggaling
kawula Gusti). Suluk merupakan hasil kesusastraan tertua dari zaman
madya yang berasal dari atau berhubungan erat dengan para wali.
Pada zaman
madya, muncul kepandaian pahat memahat menjadi terbatas pada seni ukir
hias. Untuk seni hias, orang mengambil pola berupa daun-daunan,
bunga-bungaan (teratai), bukit-bukit karang, pemandangan dan garis
geometri. Sering juga terdapat pada kalamakara dan kalamarga (yaitu
kijang menjadi pengganti makara). Hal itu sebenarnya kurang sesuai
dengan peraturan Islam, namun dapat juga diterima karena tidak dirasakan
sebagai pelanggaran.
Begitu juga
dengan gambar-gambar ular naga yang terdapat di sana-sini. Kedatangan
Islam menambah lagi satu pola, yaitu huruf-huruf Arab. Pola itu
seringkali digunakan untuk menyamarkan lukisan makhluk hidup, biasanya
binatang dan bahkan juga untuk gambar wayang.
Sebelum
kebudayaan Islam memasuki wilayah Indonesia, sistem pemerintahan pada
kerajaan di Indonesia mendapat pengaruh budaya Hindu-Buddha. Setelah
agama Islam beserta kebudayaannya masuk dan berkembang di Indonesia,
lambat laun berpengaruh terhadap sistem pemerintahan.
Pada saat
kedatangan Islam, di Indonesia sudah berkembang bandar-bandar
perdagangan. Agama Islam mengalami perkembangan yang cepat melalui cara
perdagangan sehingga terbentuk masyarakat Islam. Semakin pesatnya
pusat-pusat perdagangan dengan masyarakatnya yang beragama Islam,
berdirilah kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar