Ejaan
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1.
|
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat. Misalnya:
|
|
Dia
mengantuk.
Apa
maksudnya?
Kita
harus bekerja keras.
Pekerjaan
itu belum selesai.
|
2.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
|
|
Adik bertanya,
"Kapan kita pulang?"
Bapak menasihatkan,
"Berhati-hatilah, Nak!"
"Kemarin
engkau terlambat," katanya.
"Besok
pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat".
|
3.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
Misalnya:
|
|
Allah, Yang
Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran,
Weda, Islam, Kristen
Tuhan
akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu,
ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
|
4.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya:
|
|
Mahaputra
Yamin
Sultan
Hasanuddin
Haji Agus
Salim
Imam
Syafii
Nabi
Ibrahim
|
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar,
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
|
|
Dia baru
saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini
ia pergi naik haji.
|
5.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:
|
|
Wakil Presiden
Adam Malik
Perdana Menteri
Nehru
Profesor
Supomo
Laksamana
Muda Udara Husen Sastranegara
Sekretaris
Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur
Irian Jaya
|
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:
|
|
Siapa gubernur
yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir
Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
|
6.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
|
|
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf
Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
|
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran. Misalnya:
|
|
mesin diesel
10 volt
5 ampere
|
7.
|
Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:
|
|
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
|
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
|
|
mengindonesiakan
kata asing
keinggris-inggrisan
|
8.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya:
|
|
bulan Agustus
|
hari Natal
|
bulan Maulid
|
perang Candu
|
hari Galungan
|
tahun Hijriah
|
hari Jumat
|
tarikh Masehi
|
hari Lebaran
|
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
|
|
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah
yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya:
|
|
Soekarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata
membawa risiko pecahnya perang dunia.
|
9.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
|
|
Asia Tenggara
|
Kali Brantas
|
Banyuwangi
|
Lembah Baliem
|
Bukit Barisan
|
Ngarai Sianok
|
Cirebon
|
Pegunungan
Jayawijaya
|
Danau Toba
|
Selat Lombok
|
Daratan
Tinggi Dieng
|
Tanjung
Harapan
|
Gunung Semeru
|
Teluk Benggala
|
Jalan Diponegoro
|
Terusan
Suez
|
Jazirah
Arab
|
Kabupaten
Probolinggo
|
|
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya:
|
|
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
pergi ke arah tenggara
|
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis. Misalnya:
|
|
garam inggris
gula jawa
kacang bogor
pisang ambon
|
11.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali
kata seperti dan. Misalnya:
|
|
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan
Rakyat
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan
Ibu dan Anak
Keputusan
Presiden Republik Indonesia, Nomor
57, Tahun 1972
|
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama
dokumen resmi. Misalnya:
|
|
menjadi sebuah republik
beberapa badan
hukum
kerja sama antara pemerintah
dan rakyat
menurut undang-undang
yang berlaku
|
12.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
serta dokumen resmi. Misalnya:
|
|
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu
Sosial
Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang
Kepegawaian
|
13.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk
yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:
|
|
Saya telah membaca
buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa
dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar
Pembangunan.
Ia menyelesaikan
makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
|
14.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan. Misalnya:
|
|
Dr.
|
doktor
|
M.A.
|
master of arts
|
S.H.
|
sarjana hukum
|
S.S.
|
sarjana sastra
|
Prof.
|
profesor
|
Tn.
|
tuan
|
|
15.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik,
dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
|
|
"Kapan Bapak
berangkat?" tanya Harto.
Adik bertanya,
"Itu apa, Bu?"
Surat Saudara
sudah saya terima.
"Silakan
duduk, Dik!" kata Ucok.
Besok Paman
akan datang.
Mereka pergi ke
rumah Pak Camat.
Para ibu
mengunjungi Ibu Hasan.
|
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
|
|
Kita harus
menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak
dan adik saya sudah berkeluarga.
|
16.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
|
|
Sudahkah Anda
tahu?
Surat Anda
telah kami terima.
|
B. Huruf Miring
1.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah,
dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya:
|
|
majalah Bahasa
dan Kesusastraan
buku Negarakertagama
karangan Prapanca
surat kabar Suara
Karya
|
2.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya:
|
|
Huruf pertama kata abad
ialah a.
Dia bukan menipu,
tetapi ditipu.
Bab ini tidak
membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat
dengan berlepas tangan.
|
3.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
|
|
Nama ilmiah buah
manggis ialah Carcinia mangostana.
Politik divide
et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara
lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.
|
|
Tetapi:
Negara itu telah mengalami
empat kudeta.
|
Catatan:
Dalam
tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi
satu garis di bawahnya.
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
|
Misalnya:
Ibu percaya bahwa
engkau tahu.
Kantor pajak penuh
sesak.
Buku itu sangat
tebal.
|
B. Kata Turunan
1.
|
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Misalnya:
|
|
bergeletar
dikelola
penetapan
menengok
mempermainkan
|
2.
|
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan
atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal
E, Ayat 5.) Misalnya:
|
|
bertepuk
tangan
garis bawahi
menganak
sungai
sebar luaskan
|
3.
|
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata
mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E,
Ayat 5.)
Misalnya:
|
|
menggarisbawahi
menyebarluaskan
dilipatgandakan
penghancurleburan
|
4.
|
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya:
|
|
adipati
|
mahasiswa
|
aerodinamika
|
mancanegara
|
antarkota
|
multilateral
|
anumerta
|
narapidana
|
audiogram
|
nonkolaborasi
|
awahama
|
Pancasila
|
bikarbonat
|
panteisme
|
biokimia
|
paripurna
|
caturtunggal
|
poligami
|
dasawarsa
|
pramuniaga
|
dekameter
|
prasangka
|
demoralisasi
|
purnawirawan
|
dwiwarna
|
reinkarnasi
|
ekawarna
|
saptakrida
|
ekstrakurikuler
|
semiprofesional
|
elektroteknik
|
subseksi
|
infrastruktur
|
swadaya
|
inkonvensional
|
telepon
|
introspeksi
|
transmigrasi
|
kolonialisme
|
tritunggal
|
kosponsor
|
ultramodern
|
|
Catatan:
(1)
|
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf
kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya:
|
|
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
|
(2)
|
Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa
dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
|
|
Mudah-mudahan Tuhan
Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
|
C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
|
anak-anak,
buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri,
kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk,
mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda,
tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis,
terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra
|
D. Gabungan Kata
1.
|
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya:
|
|
duta besar, kambing
hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear,
orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.
|
2.
|
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Misalnya:
|
|
alat pandang-dengar,
anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan,
ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda
|
3.
|
Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya:
|
|
acapkali,
adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana,
barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada,
darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata,
kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi,
matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna,
radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala,
segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar,
titimangsa, wassalam
|
E. Kata Ganti ku, kau, mu,
dan nya
Kata ganti ku
dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu,
dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Apa yang kumiliki
boleh kauambil.
Bukuku, bukumu,
dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab
III, Pasal D, Ayat 3.) Misalnya:
Kain itu terletak di
dalam lemari.
Bermalam sajalah di
sini.
Di mana Siti
sekarang?
Mereka ada di
rumah.
Ia ikut terjun ke
tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja
ia selama ini?
Kita perlu berpikir
sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke
pasar.
Saya pergi ke
sana-sini mencarinya.
Ia datang dari
Surabaya
kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang
dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada
si Ahmad.
Kami percaya
sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja
persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar
lagi.
Surat perintah
itu dikeluarkan di Jakarta
pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari
gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka
di desa itu hadir dalam kenduri itu.
G. Kata si dan sang
Kata si dan sang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
Harimau itu marah
sekali kepada sang Kancil.
Surat itu
dikirimkan kembali kepada si pengirim.
|
H. Partikel
1.
|
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
|
|
Bacalah buku
itu baik-baik.
Jakarta adalah
ibu kota Republik Indonesia.
Apakah yang
tersirat dalam surat
itu?
Siapakah
gerangan dia?
Apatah
gunanya bersedih hati?
|
2.
|
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
|
|
Apa pun yang
dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun
sudah tak ada kendaraan.
Jangan dua kali,
satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika ayah pergi,
adik pun ingin pergi.
|
|
Catatan:
Kelompok yang lazim
dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun,
kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun
ditulis serangkai. Misalnya:
Adapun
sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga
akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik para mahasiswa
maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum
memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun miskin,
ia selalu gembira.
|
3.
|
Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis
terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
|
|
Pegawai negeri
mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke
dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp
2.000 per helai.
|
I. Singkatan dan Akronim
1.
|
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih.
|
|
a.
|
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan,
jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
|
|
|
|
A.S.
Kramawijaya
|
|
Muh.
Yamin
|
|
Suman Hs.
|
|
Sukanto S.A.
|
|
M.B.A.
|
master of
business administration
|
M.Sc.
|
master of
science
|
S.E.
|
sarjana ekonomi
|
S.Kar.
|
sarjana
karawitan
|
S.K.M.
|
sarjana
kesehatan masyarakat
|
Bpk.
|
bapak
|
Sdr.
|
saudara
|
Kol.
|
kolonel
|
|
b.
|
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang
terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti
dengan tanda titik. Misalnya:
|
|
|
|
DPR
|
Dewan
Perwakilan Rakyat
|
PGRI
|
Persatuan Guru
Republik Indonesia
|
GBHN
|
Garis-Garis
Besar Haluan Negara
|
SMTP
|
Sekolah
Menengah Tingkat Pertama
|
PT
|
Perseroan
Terbatas
|
KTP
|
Kartu Tanda
Penduduk
|
|
c.
|
Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau
lebih diikuti satu tanda titik.
|
|
Misalnya:
|
|
dll.
|
dan lain-lain
|
dsb.
|
dan sebagainya
|
dst.
|
dan seterusnya
|
hlm.
|
halaman
|
sda.
|
sama dengan
atas
|
Yth. (Sdr. Moh.
Hasan)
|
Yang terhormat
(Sdr. Moh. Hasan)
|
|
|
Tetapi:
|
|
a.n.
|
atas nama
|
d.a.
|
dengan alamat
|
u.b.
|
untuk beliau
|
u.p.
|
untuk perhatian
|
s.d.
|
sampai dengan
|
|
d.
|
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
|
|
|
|
Cu
|
kuprum
|
TNT
|
trinitrotoluen
|
cm
|
sentimeter
|
kVA
|
kilovolt-ampere
|
l
|
liter
|
kg
|
kilogram
|
Rp (5.000,00)
|
(lima ribu) rupiah
|
|
|
|
|
2.
|
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
|
|
a.
|
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf
awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
|
|
|
|
ABRI
|
Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia
|
LAN
|
Lembaga
Administrasi Negara
|
PASI
|
Persatuan
Atletik Seluruh Indonesia
|
IKIP
|
Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
|
SIM
|
Surat
Izin Mengemudi
|
|
b.
|
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata
atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal
huruf kapital. Misalnya:
|
|
|
|
Akabri
|
Akademi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
|
Bappenas
|
Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional
|
Iwapi
|
Ikatan Wanita
Pengusaha Indonesia
|
Kowani
|
Kongres Wanita Indonesia
|
Sespa
|
Sekolah Staf
Pimpinan Administrasi
|
|
c.
|
Akronim yang bukan nama diri yang berupa
gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
|
|
|
|
pemilu
|
pemilihan umum
|
radar
|
radio detecting
and ranging
|
rapim
|
rapat pimpinan
|
rudal
|
peluru kendali
|
tilang
|
bukti
pelanggaran
|
|
|
Catatan:
Jika
dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.:
1. Jumlah suku kata akronim jangan melebihi
jumlah suku kata yang lazin pada kata Indonesia
2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan
keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang
lazim.
J. Angka dan Lambang Bilangan
1.
|
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
|
|
Angka Arab
|
:
|
0, 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9
|
Angka Romawi
|
:
|
I, II, III, IV,
V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000)
|
Pemakaiannya
diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
|
2.
|
Angka digunakan untuk menyatakan:
(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii)
nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya:
|
|
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 meter persegi
10 liter
|
1 jam 20 menit
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945
|
Rp5.000,00
US$3.50*
$5.10*
¥100
2.000 rupiah
|
50 dolar
Amerika
10 paun Inggris
100 yen
10 persen
27 orang
|
* tanda titik di
sini merupakan tanda desimal.
|
3.
|
Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat. Misalnya:
|
|
Jalan Tanah Abang
I No. 15
Hotel Indonesia,
Kamar 169
|
4.
|
Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci.
Misalnya:
|
|
Bab X, Pasal 5,
halaman 252
Surah Yasin: 9
|
5.
|
Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai
berikut.
|
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
a.
|
Bilangan utuh. Misalnya:
|
|
dua belas
dua puluh dua
dua ratus dua puluh dua
|
|
12
22
222
|
|
b.
|
Bilangan pecahan. Misalnya:
|
|
setengah
tiga perempat
seperenam belas
tiga dua pertiga
seperseratus
satu persen
satu dua persepuluh
|
1/2
3/4
1/16
3 2/3
1/100
1%
1,2
|
|
Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang
berikut.
Misalnya:
|
|
Paku Buwono X
pada awal
abad XX
dalam
kehidupan pada abad ke-20 ini
lihat Bab II,
Pasal 5
dalam bab
ke-2 buku itu
|
di daerah
tingkat II itu
di tingkat
kedua gedung itu
di tingkat
ke-2 itu
kantornya di
tingkat II itu
|
|
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an
mengikuti. Misalnya:
|
|
tahun '50-an
uang 5000-an
lima uang 1000-an
|
(tahun lima
puluhan)
(uang lima
ribuan)
(lima
uang seribuan)
|
|
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai
secara berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
|
|
Amir menonton
drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga
ratus ekor ayam.
Di antara 72
anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju,
dan 5 orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang
ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100
helicak, 100 bemo.
|
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika
perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
|
|
Lima
belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo
mengundang 250 orang tamu.
|
|
Bukan:
15
orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang
tamu diundang Pak Darmo.
|
Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja
sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya:
|
|
Perusahaan itu
baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia
berjumlah lebih dari 120 juta orang.
|
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
|
|
Misalnya:
Kantor kami
mempunya dua puluh orang pegawai.
DI lemari itu
tersimpan 805 buku dan majalah.
|
|
Bukan:
Kantor kamu
mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu
tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
|
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya
harus tepat. Misalnya:
|
|
Saya lampirkan
tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima
perseratus rupiah).
Saya lampirkan
tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima
perseratus) rupiah.
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar