Sejarah Perkembangan Agama dan Budaya Buddha -
 Ketika agama Hindu mengalami kemunduran, muncullah agama Buddha di 
India yang disiarkan oleh Siddharta Gautama. Ajaran Buddha ditulis dalam
 kitab suci Tripitaka yang berarti tiga keranjang atau tiga himpunan 
nikmat. Isi kitab suci Tripitaka sebagai berikut.
a. 
Suttapitaka, berisikan himpunan ajaran dan khotbah Buddha. Bagian 
terbesar adalah percakapan antara Buddha dan beberapa orang muridnya. Di
 dalamnya terdapat pula kitab meditasi dan peribadatan.
b. Winayapitaka, berisikan tata hidup setiap anggota biara (sangha).
c. Abhidharmapitaka, ditujukan bagi lapisan terpelajar dalam agama Buddha sebab merupakan pelajaran lanjutan.
Ada empat tempat yang dianggap suci dalam agama Buddha.
b. Bodhgaya, tempat Siddharta menerima wahyu Buddha.
c. Kusinagara, tempat wafatnya Siddharta pada tahun 482 SM.
d. Benares, tempat Siddharta pertama kali berkhotbah.
Ajaran Buddha seperti yang dikhotbahkan Siddharta di Taman Menjangan, Benares, berisikan hal-hal berikut.
a. Aryastyani, yakni empat kebenaran utama dan delapan jalan tengah (Astavida).
Empat kebenaran utama, yaitu
1) hidup adalah derita (duka) atau samsara,
2) samsara disebabkan oleh hasrat keinginan (tresna) atau tanha,
3) tresna harus dihilangkan, dan
4) cara menghilangkan tresna adalah dengan delapan jalan tengah.
Delapan jalan tengah, yaitu
1) pengertian yang benar,
2) maksud yang benar, 
3) bicara yang benar,
4) laku yang benar .
5) kerja yang benar,
6) ikhtiar yang benar,
7) ingatan yang benar
8) renungan yang benar
b. Pratityasamudpada, artinya rantai sebab akibat yang terdiri atas dua belas rantai dan
masing-masing merupakan sebab dari hal berikutnya.
Pada 
bangunan peribadatan Buddha akan kita temui stupa, yaitu bangunan 
berbentuk kubah yang berdiri di atas sebuah lapik dan diberi payung. 
Fungsi bangunan ini adalah sebagai lambang suci agama Buddha, tanda 
peringatan terjadinya suatu peristiwa dalam hidup Buddha, tempat 
penyimpanan tulang jenazah Buddha, dan tempat menyimpan benda suci.
Agama Buddha
 berkembang pesat di India pada masa Wangsa Maurya di bawah Raja Ashoka.
 Raja ini pada awalnya memusuhi agama Buddha. Ia menciptakan "neraka 
Ashoka", yaitu hukuman rebus bagi penganut Buddha. Namun, pada suatu 
ketika orang yang diperintahkannya untuk direbus tidak mati. Raja Ashoka
 sadar dari kekeliruannya dan masuk agama Buddha. Bahkan, ia menjadi 
raja yang saleh dan menetapkan agama Buddha sebagai agama negara. Ia pun
 mengajarkan Ahimsa, yaitu larangan membunuh dan melukai makhluk. Berkat
 raja ini, agama Buddha dapat disiarkan ke seluruh dunia.
Penting Untuk Diketahui;
Siddharta 
Gautama adalah putra Raja Suddhodana dari Kerajaan Kosala. Keluarganya 
termasuk golongan ksatria dan merupakan keturunan suku bangsa Sakya. 
Setelah memasuki masa grhasta, ia dikawinkan dengan Putri Yasodhara dan 
melahirkan putra bernama Rahula.
Semula ia 
hidup tenteram dalam kemewahan istana. Namun, setelah melakukan lawatan 
keluar istana, Siddharta mengalami pergulatan batin mengenai apa 
sebenarnya kehidupan itu. Ada empat hal yang disaksikannya dalam 
lawatannya itu sehingga mengganggu batinnya. Pertama, ia menyaksikan 
orang tua renta yang sudah bongkok.
Kedua, ia 
menyaksikan orang menderita penyakit kusta yang sangat parah hingga tak 
sadarkan diri. Ketiga, ia menyaksikan mayat tengah diusung dan diiringi 
orang-orang yang meratapi. Keempat, ia menyaksikan fakir miskin yang 
berkeliling dengan kepala gundul dan berbaju kuning (saniasin).
Setelah 
kegelisahannya memuncak, Siddharta pergi meninggalkan istana, mencukur 
rambutnya, menggunakan jubah kuning, dan bertapa tanpa bekal apa pun. 
Peristiwa ini terjadi pada tahun 524 SM, tepatnya ketika Siddharta 
berusia 39 tahun. Tempat pertapaannya itu dinaungi pohon bodhi.
Pada tahun 
517 SM, yaitu malam yang dikenal sebagai Malam Suci, Siddharta mendapat 
penerangan agung. Ia kemudian disebut Siddharta Gautama, artinya orang 
yang mencapai tujuan. Ia disebut juga Buddha Gautama, artinya orang yang
 menerima Bodhi, dan Sakyamuni, artinya orang bijak keturunan Sakya.
Hari lahir, 
saat menerima wahyu dan hari wafatnya Siddharta jatuh pada hari dan 
tanggal yang sama, yaitu pada bulan Mei saat berlangsungnya purnama. 
Ketiga hari itu dijadikan hari suci umat Buddha, Waisak.
Untuk menghormati Siddharta, Raja Ashoka mendirikan monumen dengan bagian-bagian berikut.
a. Bunga saroja sebagai lambang kelahiran Siddharta.
b. Pohon bodhi (pipala) sebagai lambang penerangan agung.
c. Jantera sebagai lambang memulai pengajaran.
d. Stupa sebagai lambang kematian.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar