Nutrisi dan Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
 - Untuk dapat hidup, bakteri memerlukan nutrisi yang tepat. Semua sel 
bakteri membutuhkan sumber karbon, nitrogen, belerang, fosfor, 
garam-garam anorganik (misalnya kalium, magnesium, natrium, kalsium, dan
 besi), dan sejumlah mikronutrien (antara lain seng, tembaga, mangan, 
selenium, tungsten, dan molibdenum dalam jumlah sedikit). 
Terdapat dua
 jenis sumber karbon bagi bakteri, yaitu karbon yang berasal komponen 
organik dan dari komponen anorganik. Berdasarkan cara memperoleh makanan
 (sumber karbon), bakteri dibedakan menjadi bakteri heterotrof dan 
autotrof.
a. Bakteri Heterotrof
Bakteri 
heterotrof memerlukan karbon yang berasal dari komponen organik. Bakteri
 jenis ini tidak dapat membuat senyawa organik dari substansi anorganik 
sederhana, jadi selalu hidup dengan memperoleh makanan dari organisme 
lain. Kelompok terbesar bakteri heterotrof adalah bakteri saprofit, 
yaitu bakteri yang memperoleh zat organik dari penguraian sampah, 
bangkai, kotoran, dan sebagainya.
Dalam proses
 penguraian itu dihasilkan CO2, H2O, energi, dan mineral-mineral. 
Kelompok bakteri heterotrof yang lain memperoleh makanan langsung dari 
organisme lain, disebut bakteri parasit. Bakteri parasit ditemukan pada 
manusia, hewan, dan tumbuhan. Bakteri parasit yang menyebabkan penyakit 
disebut bakteri patogen,
misalnya Bacillus antrachis yang menyebabkan penyakit antraks pada sapi.
Beberapa jenis bakteri parasit tidak menimbulkan penyakit pada organisme yang ditumpanginya dan disebut bakteri apatogen,
misalnya Escherichia coli yang hidup di usus besar manusia.
b. Bakteri Autotrof
Bakteri 
autotrof dapat menggunakan karbon anorganik atau karbon dioksida bebas 
(CO2) sebagai sumber karbon. Bakteri jenis ini dapat membuat senyawa 
organik dari zat-zat anorganik, jadi dapat menyusun makanan sendiri. 
Berdasarkan sumber energi yang dipergunakan untuk mensintesis senyawa 
organik, bakteri autotrof dibedakan menjadi bakteri fotoautotrof dan 
bakteri kemoautotrof.
1) Bakteri fotoautotrof
Bakteri 
fotoautotrof menggunakan energi cahaya untuk mensintesis senyawa organik
 yang diperlukan melalui proses fotosintesis. Bakteri ini mempunyai 
klorofil yang disebut bakterioklorofil. Contohnya adalah bakteri sulfur 
hijau, bakteri sulfur ungu, dan bakteri nonsulfur ungu. Proses 
fotosintesis pada bakteri dilakukan secara anaerobik dan tidak 
dihasilkan oksigen.
2) Bakteri kemoautotrof
Bakteri 
kemoautotrof menggunakan energi kimia dari oksidasi molekul organik 
untuk menyusun makanannya. Molekul organik yang dapat digunakan oleh 
bakteri
kemoautotrof
 adalah senyawa nitrogen, belerang, dan besi, atau dari oksidasi gas 
hidrogen. Dalam prosesnya bakteri ini membutuhkan oksigen.
Contohnya adalah bakteri besi, bakteri belerang, dan bakteri nitrogen.
Selain 
ketersediaan nutrisi, bakteri juga memerlukan kondisi lingkungan yang 
memungkinkan untuk tumbuh optimum. Kondisi lingkungan sangat memengaruhi
 aktivitas dan pertumbuhan bakteri. Berikut ini dijelaskan beberapa 
faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri.
a. Oksigen
Reaksi 
biokimiawi dalam proses metabolisme memerlukan energi yang dihasilkan 
melalui respirasi. Dalam respirasi, ada bakteri yang memerlukan oksigen 
dan ada pula yang tidak memerlukan oksigen. Berdasarkan kebutuhan 
terhadap oksigen, bakteri dibedakan menjadi tiga kelompok.
1) Bakteri aerob obligat
Bakteri 
aerob obligat memerlukan oksigen bebas dalam proses respirasi. Bakteri 
ini hanya dapat tumbuh di tempat yang cukup tersedia oksigen. Oksigen 
diperlukan untuk memecah bahan organik (zat makanan) sehingga diperoleh 
energi. Bakteri jenis ini menyukai tempat hidup yang dapat berhubungan 
dengan udara bebas. Contohnya adalah Bacillus substilis, Pseudomonas 
aeruginosa, Mycobacterium tuberculosis, dan Thiobacillus ferooxidans.
2) Bakteri anaerob obligat
Bakteri 
anaerob obligat tidak memerlukan oksigen bebas untuk melangsungkan 
proses respirasi. Bakteri ini hanya dapat tumbuh di tempat yang tidak 
mengandung oksigen bebas. Untuk respirasinya, bakteri jenis ini 
mempunyai enzim tertentu yang spesifik guna memecah bahan organik 
(menghasilkan energi) dalam keadaan anarob. Contoh bakteri anaerob 
obligat adalah Clostridium tetani, Methanobacterium, dan Bacteroides.
3) Bakteri anaerob fakultatif
Bakteri 
anaerob fakultatif dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan dengan 
konsentrasi oksigen yang rendah. Oksigen tidak diperlukan dalam 
pembentukan energi, tetapi dapat memacu proses metabolisme, sehingga 
keberadaan sedikit oksigen mengakibatkan proses respirasi lebih efisien 
dibandingkan keadaan anaerob. Contohnya adalah Streptococcus pneumoniae,
 Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus.
b. Suhu
Laju 
pertumbuhan bergantung pada reaksi biokimiawi dan reaksi ini dipengaruhi
 oleh suhu. Dengan demikian pola pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh 
suhu. Suhu optimum yang dikehendaki bakteri untuk pertumbuhan 
berbeda-beda. Suhu optimum merupakan suhu yang paling baik/sesuai untuk 
kehidupan suatu jenis bakteri.
Berdasarkan suhu optimumnya, bakteri dibedakan menjadi tiga kelompok.
1) Bakteri 
psikrofil, dapat tumbuh pada suhu 0° – 30°C dengan suhu optimum 15°C. 
Contoh bakteri psikrofil adalah Pseudomonas, Flavobacterium, 
Achromobacter, dan Alcaligenes.
2) Bakteri 
mesofil, dapat tumbuh pada suhu 25° – 37°C dengan suhu optimum 32°C. 
Umumnya bakteri jenis ini hidup di dalam alat pencernaan. Beberapa jenis
 bakteri bahkan dapat hidup dengan baik pada suhu sekitar 40°C. Semua 
jenis bakteri yang bersifat patogen pada hewan merupakan bakteri 
mesofil.
3) Bakteri 
termofil, dapat tumbuh pada daerah yang suhunya tinggi, lebih dari 40°C.
 Temperatur optimumnya antara 55 – 60°C. Bakteri ini dijumpai pada 
sumber-sumber air panas, kawah gunung berapi, geiser, dan sebagainya. 
Contoh bakteri termofil adalah Thermus aquaticus, Sulfolobus 
acidocaldarius, dan Chloroflexus.
c. Kelembapan
Bakteri 
dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan yang lembap. Jika keadaan 
lingkungan menjadi kering, kegiatan metabolismenya terhenti. Dalam 
keadaan ini bakteri akan membentuk spora yang dapat bertahan hidup dalam
 jangka waktu yang lama.
d. Tekanan Osmosis
Sel bakteri 
mempunyai tekanan osmosis tertentu, sehingga menghendaki lingkungan yang
 tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis sel (isotonis). Jika sel
 bakteri berada pada lingkungan yang hipertonis (misalnya dalam larutan 
gula/garam yang pekat) pertumbuhannya akan terhambat karena dapat 
menyebabkan plasmolisis, yaitu terlepasnya membran sel dari dinding sel.
Namun 
demikian beberapa jenis bakteri diketahui dapat menyesuaikan diri 
terhadap kadar garam atau kadar gula yang tinggi. Bakteri yang dapat 
hidup di lingkungan yang berkadar garam tinggi disebut bakteri halofil, 
misalnya Halobacterium.
e. Derajat Keasaman/pH
Setiap jenis
 bakteri menghendaki pH tertentu untuk dapat tumbuh optimum. Hal ini 
berkaitan dengan batas pH bagi kerja enzim. Derajat keasaman di luar 
batas nilai optimum menyebabkan kerusakan pada enzim, sehingga 
metabolisme sel terganggu.
Beberapa 
jenis bakteri dapat hidup dengan baik pada pH tinggi (lingkungan 
bersifat basa) maupun pada pH rendah (lingkungan bersifat asam), namun 
kebanyakan bakteri memerlukan pH antara 6,5 – 7,5. Thiobacillus 
ferrooxidans dapat tumbuh dengan baik pada pH 1,3.
f. Radiasi
Pada umumnya
 radiasi cahaya menyebabkan kerusakan pada bakteri nonfotosintetik. 
Cahaya dengan panjang gelombang yang pendek jika dipaparkan pada bakteri
 akan menyebabkan ionisasi komponen sel yang dapat berakibat pada 
kematian. Oleh karena itu energi radiasi dari sinar X, sinar gamma, dan 
sinar ultraviolet banyak digunakan untuk sterilisasi bahan makanan.
g. Senyawa Kimia
Beberapa 
bahan kimia seperti antibiotik dan desinfektan dapat merusak dan 
mematikan sel bakteri, sehingga keberadaan bahan kimia dapat menghambat 
pertumbuhan bakteri.
Demikianlah Materi Nutrisi dan Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri, selamat belajar

Tidak ada komentar:
Posting Komentar