Malaria falciparum adalah masalah kesehatan yang besar di negara yang
 beriklim tropis seperti Indonesia. Pada tahun 2010 diperkirakan bahwa 
lebih dari 132.8 juta orang Indonesia hidup di daerah endemis malaria. 
Malaria sendiri disebabkan oleh nyamuk Anopheles yang berinteraksi dengan Plasmodium falciparum. Diperkirakan, hanya kurang dari satu persen dari nyamuk Anopheles yang menjadi vector dari Plasmodium falciparum. Namun, insektisida yang tersedia saat ini membunuh semua nyamuk Anopheles
 tanpa kecuali. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem 
dan akibat jangka panjangnya adalah munculnya generasi nyamuk malaria 
yang resistan terhadap insektisida. Dibutuhkan suatu metode yang lebih 
spesifik membunuh nyamuk malaria yang memiliki Plasmodium falciparum
                Tim dari London University of Tropical Infection yang
 dipimpin oleh Renate C. Smallegange menemukan metode untuk memancing 
nyamuk malaria betina Anopheles, nyamuk yang dapat menularkan malaria falciparum dengan bau kaos-kaki.
              Dengan mengukur tingkat frekuensi nyamuk Anopheles
 untuk mendarat di tempat. Peneliti mencoba mengukur “ketertarikan” 
nyamuk pada suatu tempat. Tabel diatas menunjukan bahwa nyamuk Anopheles
 yang terinfeksi oleh plasmodium falciparum lebih tertarik ke 
tempat yang memiliki bau manusia (human odour) dibandingkan tempat yang 
tidak memiliki bau sama sekali (no odour). Jumlah pendaratan nyamuk 
anopheles yang memiliki Plasmodium falciparum  jauh lebih tinggi dibandingkan nyamuk anopheles yang tidak memiliki Plasmodium falciparum. Perbedaan jumlah pendaratan ini signifikan secara statistik (P=0.0017)
                Penelitian ini menggunakan nyamuk Anopheles gambiae sensu stricto yang berasal dari Kamerun. Pada hari ke-9, separuh dari nyamuk malaria betina diberi makan darah yang sudah terinfeksi Plasmodium falciparum dan separuh dari nyamuk lainnya diberi makan darah yang tidak terinfeksi Plasmodium falciparum. Pada hari ke-22, diantara nyamuk betina yang sudah terinfeksi Plasmodium falciparum, 84% diantaranya sudah memiliki sporozoit di kelenjar ludahnya.
                Peneliti menggunakan bau kaos kaki yang telah dipakai
 selama 20 jam sebelum diberikan pada nyamuk. Eksperimen dijalankan 
selama tiga jam dari pukul 8 sampai 11 pagi. Selama proses penelitian, 
lampu ruangan digelapkan dan ruangan penelitian bebas dari bau apapun. 
Tingkat bau-bauan dalam ruangan diukur menggunakan alat olfaktometer.
Meskipun belum dilakukan penelitia molekuler untuk mencari sebab atraksi nyamuk Anopheles yang memiliki Plasmodium falciparum
 pada bau manusia. Namun, diduga bahwa bau yang dimiliki oleh manusia 
dapat mempengaruhi konfigurasi odorant-binding protein yang terdapat di 
kepala nyamuk Anopheles yang memiliki Plasmodium falciparum.
                Hasil dari riset ini dapat digunakan dalam agenda 
eradikasi malaria. Jebakan malaria dapat didesain menggunakan bau dari 
manusia untuk menarik nyamuk ke tempat yang telah dipasang alat pembunuh
 nyamuk. Metode ini akan lebih tepat sasaran karena lebih banyak nyamuk 
anopheles yang juga memiliki plasmodium falciparum yang akan tertarik ke
 “jebakan”.  Tentunya penelitian ini akan memperlancar agenda eradikasi 
malaria yang dicanangkan oleh Bill and Melinda Gates Foundation pada 
tahun 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar